Advertisement

QOTADAH BIN DI'AMAH (rohimahulloh, tabiin, w: 117)

بسم الله الرحمٰن الرحيم

💫 QOTADAH BIN DI'AMAH (rohimahulloh, tabiin, w: 117) 💫


Berkata Ibnu Hajar al-Asqolani rohimahulloh:

Qotadah bin Di'amah bin Qotadah bin Aziz bin Amr bin Robi'ah bin Amr bin Al-Harits bin Sadus Abu Al-Khotthob As-Sadusi Al-Basri lahir dalam keadaan buta.

Abdurrozzaq berkata dari Ma'mar dari Qotadah bahwa dia tinggal bersama Sa'id bin Al-Musayyib selama delapan hari. Pada hari ketiga, Sa'id berkata kepadanya, "Pergilah wahai orang buta, engkau telah membuatku kelelahan." Salam bin Miskin berkata, "Amr bin Abdulloh menceritakan kepadaku bahwa ketika Qotadah datang kepada Sa'id bin Al-Musayyib, dia terus bertanya kepadanya selama beberapa hari. Sa'id bertanya kepadanya, 'Apakah engkau mengingat semua yang telah engkau tanyakan?' Qotadah menjawab, 'Ya, aku bertanya kepadamu tentang ini, dan engkau menjawab begini. Aku bertanya tentang itu, dan engkau menjawab begitu. Aku juga mengingat apa yang dikatakan Hasan.' Qotadah kemudian mengulangi banyak hadits, dan Sa'id berkata, 'Aku tidak pernah menyangka Alloh menciptakan seseorang sepertimu.'"

Sa'id bin Al-Musayyib berkata, "Tidak ada orang Irak yang datang kepadaku yang lebih baik daripada Qotadah." Bukayr bin Abdillah Al-Muzani berkata, "Aku belum pernah melihat orang yang lebih hafal daripadanya dan lebih pantas menyampaikan hadits sebagaimana yang dia dengar." 

Ibnu Sirin berkata, "Qotadah adalah orang yang paling hafal." Muthar al-Warraq berkata, "Ketika Qotadah mendengar hadits, dia begitu antusias hingga dia menghafalnya." Ma'mar berkata bahwa Qotadah pernah berkata kepada Sa'id bin Abi Arubah, "Ambil mushaf." Lalu dia membacakan surat Al-Baqoroh tanpa salah satu huruf pun. Dia berkata, "Wahai Abu an-Nadhr, apakah aku telah melakukannya dengan baik?" Sa'id menjawab, "Ya." Qotadah berkata, "Aku lebih hafal lembaran Jabir daripada surat Al-Baqoroh." 

Muthar al-Warraq juga berkata, "Qotadah terus belajar hingga dia meninggal." Hanzholah bin Abi Sufyan berkata bahwa Thowus selalu menghindari Qotadah, dan Qotadah tertuduh dalam perkara takdir. Ali bin al-Madini berkata, "Aku bertanya kepada Yahya bin Sa'id, 'Abdurrohman mengatakan untuk meninggalkan siapa pun yang menjadi pemimpin dalam bid'ah dan menyerukan hal itu.' Yahya menjawab, 'Bagaimana dengan Qotadah, Ibnu Abi Rowad, dan Amr bin Dzar?' Kemudian Yahya berkata, 'Jika engkau meninggalkan golongan ini, engkau akan meninggalkan banyak orang.'"

Ma'tamir bin Sulaiman, dari Abu Amr bin Al-Ala', berkata bahwa Qotadah dan Amr bin Syu'aib mengambil dari siapa saja. Jirir, dari Mughira, dari al-Sya'bi, berkata, "Qotadah seperti orang yang memungut kayu bakar di malam hari." Abu Dawud At-Thoyalisi dari Syu'bah berkata, "Qotadah, jika mendengar hadits, dia berkata, 'Kami diberitahu.' Jika tidak mendengarnya, dia berkata, 'Si Fulan berkata.'"

Abu maslamah Sa'id bin Yazid berkata bahwa dia mendengar dari Abu Qilabah, yang mengatakan kepadanya, "Jika engkau ingin bertanya kepada seseorang, tanyalah kepada Qotadah." Syu'bah berkata, "Aku menceritakan sebuah hadits kepada Sufyan dari Qotadah, dan Sufyan berkata kepadaku, 'Apakah ada orang di dunia ini yang seperti Qotadah?' Ma'mar berkata bahwa dia bertanya kepada Az-Zuhri, 'Apakah Qotadah lebih berilmu ataukah Makhul?' Az-Zuhri menjawab, 'Tidak, tetapi Qotadah (lebih berilmu).'"

Amr bin Ali, dari Ibnu Mahdi, berkata bahwa Qotadah lebih hafal daripada lima puluh orang seperti Humaid At-Towil. Abu Hatim berkata, "Ibnu Mahdi berkata benar." Abdurrozzaq berkata dari Ma'mar, dari Qotadah, "Aku tidak pernah meminta seorang perawi untuk mengulangi hadits kepadaku, dan tidak pernah ada sesuatu yang kudengar yang tidak kuhafal."

Ali dari Yahya bin Sa'id berkata bahwa Syu'bah berkata, "Qotadah hanya mendengar tiga hal dari Abul-'Aliyah." Ibnu Abi Khoitsamah, dari Ibnu Ma'in, berkata bahwa Qotadah tidak mendengar dari Abul-Aswad ad-Du'ali, tetapi dari anaknya, Abu Harb. Ibnu Abi Khoytsamah juga mengatakan bahwa Qotadah tidak mendengar dari Sulaiman bin Yasar atau Mujahid, dan dia tidak bertemu Sinan bin Salamah.

Ali bin al-Madini meriwayatkan dari Yahya bin Sa'id bahwa Syu'bah berkata: "Hadits Qotadah dari Anas tentang seorang wanita yang bermimpi seperti yang dilihat oleh seorang pria, tidaklah shohih." Ali juga berkata: "Aku menyebutkan kepada Yahya bin Sa'id tentang hadits Qotadah dari Abu Majliz mengenai surat Umar kepada Utsman bin Hunaif, hadits yang panjang, lalu Yahya berkata: 'Ini direkatkan kepada Abu Majliz.' Aku berkata: 'Ini bukanlah hadits shohih dari Qotadah.' Dia menjawab: 'Tidak.'"

Abu Dawud dalam kitab *Sunan* berkata: "Qotadah tidak mendengar dari Abu Rofi'," seolah-olah dia merujuk pada hadits tertentu. Namun, dalam *Shohih Al-Bukhory*, ada pernyataan yang jelas tentang mendengarnya. Waki' meriwayatkan dari Syu'bah bahwa Qotadah marah jika dia ditahan untuk menyebutkan sanad. Suatu hari aku menceritakan hadits kepadanya lalu dia takjub. Dia bertanya: 'Siapa yang memberitahumu ini?' Aku menjawab: 'Si Fulan dari Fulan.'" lalu setelah itu.

Abu Hatim berkata: "Aku mendengar Ahmad bin Hanbal ketika menyebut Qotadah, dia banyak berbicara tentangnya, memuji ilmunya, kefaqihannya, pengetahuannya tentang perbedaan pendapat, dan tafsir. Dia menggambarkannya sebagai hafal, faqih, dan mengatakan: 'Jarang sekali kau menemukan seseorang yang melebihinya.' Atsrom berkata: 'Aku mendengar Ahmad berkata: 'Qotadah adalah yang paling hafal di kalangan penduduk Bashroh. Tidak ada yang dia dengar kecuali dia hafal. Lembaran Jabir dibacakan di hadapannya hanya sekali, dan dia menghafalnya.'"

Sulaiman At-Taimi dan Ayyub sering membutuhkan hafalan Qotadah dan bertanya kepadanya. Qotadah berusia lima puluh lima tahun ketika dia meninggal. Ishaq bin Mansur meriwayatkan dari Yahya bin Ma'in bahwa Qatadah adalah orang yang terpercaya. Abu Zur'ah berkata: "Qotadah adalah salah satu murid Al-Hasan yang paling berilmu." Abu Hatim berkata: "Qotadah adalah murid Anas yang paling kuat dalam periwayatan, setelah Az-Zuhri, kemudian Qotadah." Dia juga berkata: "Dia lebih aku sukai daripada Ayyub dan Yazid Ar-Risyk jika dia menyebutkan khobar yaitu dia jelas mendengarkannya (langsung dari gurunya)." 

Amr bin Ali berkata: "Qotadah lahir pada tahun 61 H dan meninggal pada tahun 117 H." Abu Hatim berkata: "Dia meninggal di Wasith akibat wabah, pada usia lima puluh enam atau lima puluh tujuh tahun, tujuh tahun setelah wafatnya Al-Hasan." Ahmad bin Hanbal meriwayatkan dari Yahya bin Sa'id bahwa Qotadah meninggal pada tahun 117 atau 118 H. Amr bin Ali berkata: "Qotadah tidak mendengar dari Abu Qilabah." Ibnu Sa'd berkata: "Dia terpercaya, orang yang dapat dipercaya, seorang hujjah dalam hadits, tetapi dia mempunyai suatu pandangan (menyimpang) tentang takdir." Hammam berkata: "Qotadah tidak pernah membuat kesalahan dalam tata bahasa." Ibnu Hibban dalam *Ats-Tsiqot* berkata: "Qotadah adalah salah satu ulama yang memahami al-Qur'an dan fiqih, serta penghafal hadits di zamannya. Dia meninggal di Wasith pada tahun 117 H dan dikenal sebagai seorang mudallis dalam pandangan tentang takdir."

Al-Bukhori berkata: "Tidak mungkin Qotadah mendengar dari Bisyr bin 'A'idh karena dia wafat lebih awal." Al-Bukhari juga berkata: "Aku tidak melihat Qotadah mendengar dari Basyir bin Nahik." Ali berkata: "Aku tidak yakin Qotadah mendengar dari Abu Tsumamah ats-Tsaqofi." Al-Bazzar berkata: "Qotadah tidak mendengar dari Thowus atau Az-Zuhri, meskipun dia meriwayatkan tiga hadits dari mereka." Al-Hakim dalam *'Ulumul-Hadits* berkata: "Qotadah tidak mendengar dari sahabat lain selain Anas." 

QOTADAH BIN DI'AMAH (rohimahulloh, tabiin, w: 117)


Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ahmad bin Hanbal sesuatu yang serupa, dan dia menambahkan: "Ketika ditanya tentang Ibnu Sirjis, seolah-olah dia tidak mendengarnya secara langsung." Ahmad juga berkata: "Dia tidak mendengar dari Abdullah bin Al-Harits al-Hasyimi, atau dari al-Qosim, atau dari Salim, atau dari Sa'id bin Jubair, atau dari Abdulloh bin al-Mughoffal." Al-Bardiji berkata: "Dia tidak mendengar dari Abu Salamah bin Abdurrahman, dan dia juga tidak mendengar dari asy-Sya'bi atau 'Urwah bin az-Zubair."

Ibnu Ma'in berkata: "Dia tidak mendengar dari Ibnu Abi Mulaikah, Hamid bin Abdirrahman al-Himyari, Muslim bin Yasar, atau Rojaa bin Haywah, atau Hakim bin 'Afan, atau Abdurrahman, budak Ummu Burtsan." Dalam riwayat Ibnul-Junaid, disebutkan bahwa Qotadah tidak pernah bertemu dengan Sa'id bin Jubair, Mujahid, atau Sulaiman bin Yasar. Yahya bin Sa'id berkata: "Tidak pasti bahwa dia mendengar dari Ma'adzah." Abu Hatim berkata: "Riwayat Qotadah dari Abul-Ahwas adalah mursal (terputus), begitu pula riwayatnya dari Abu Musa, Aisyah, Abu Huroirah, dan Ma'qil bin Yasar." 

Abu Dawud berkata bahwa Qotadah meriwayatkan dari tiga puluh orang yang dia tidak mendengar langsung dari mereka, dan dia juga tidak mendengar dari Husayn bin al-Mundzir. Abu Dawud dalam kitab *Sunan*, dan Ya'qub bin Syaibah dalam *Musnad*, menyebutkan bahwa Qotadah mendengar dari Abul-'Aliyah empat hadits. Aku berkata: "Di antara mereka adalah hadits tentang penglihatan Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam terhadap Musa pada malam Isra', dan hadits tentang apa yang harus dikatakan ketika dalam kesulitan, di mana dia menyatakan bahwa dia mendengar secara langsung, sehingga jumlahnya menjadi lima, tetapi satu dari tiga yang disebutkan sebelumnya adalah hadits maqtu' (terputus), maka yang shohih hanya empat hadits."

Isma'il al-Qidhi dalam *Ahkamul-Qur'an* berkata: "Aku mendengar Ali bin al-Madini sangat melemahkan hadits-hadits Qotadah dari Sa'id bin al-Musayyib dengan kelemahan yang sangat serius." Dia juga berkata: "Aku menduga sebagian besar riwayat antara Qotadah dan Sa'id terdapat perawi-perawi lain." Ibnu Mahdi berkata: "Riwayat Malik dari Ibnu al-Musayyib lebih aku sukai daripada riwayat Qotadah dari Ibnu al-Musayyib."

Qotadah meriwayatkan dari (gurunya): Anas bin Malik, Abdulloh bin Sirjis, Abut Thufail, Shifiyah binti Syaibah, dan mengirim riwayat dari Safinah, Abu Sa'id al-Khudri, Sinan bin Salamah bin al-Muhabbik, 'Imrin bin Hushain, Sa'id bin al-Musayyib, Ikrimah, Abul-Sya'tsa Jabir bin Zaid, Hamid bin Abdirrohman bin 'Auf, al-Hasan al-Basri, Muhammad bin Sirin, Uqbah bin al-Ghafar, Zurarah bin Aufa, Khalas al-Hijri, Abdullah bin Abi 'Utbah, Sholih Abul-Kholil, Shofwan bin Muharriz, Salim bin Abil-Ja'd, 'Atho bin Abi Rabah, Abu Majliz Lahik bin Humaid, an-Nadhr, Abu Bakr yang mereka berdua adalah anak Anas bin Malik, Nashr bin 'Asim al-Laitsi, Abu Ghulab bin Jubair, Abu Ayyub al-Maraghi, Abu Hassan al-A'raj, Abu R9fi' as-Shayi', Abu 'Utsman an-Nahdi, Abu Qilabah al-Jarmi, Abu 'Isa al-Aswari, Abu Nadhroh al-Abdi, Abul-Malih bin Usamah, Abul-Mutawakkil an-Naji, Abu Burdah bin Abi Musa, dan anaknya Sa'id bin Abi Burdah, yang juga merupakan rekannya.

Budail bin Maisaroh al-'uqoili, yang juga merupakan salah satu rekan sejawatnya, As-Sya'bi, Abdulloh bin Syaqiq, Abdullih bin Ma'bad az-Zammani, 'Azroh bin Abdurrahman, 'Uqbah bin Shubhan, 'Aun bin Abdullah bin 'Utbah bin Mas'ud, Qaza'ah bin Yahya, Muthorrif bin Abdullah bin as-Shikhir, Abus-Sawar al-'Adawi, Ma'adzah al-'Adawiyyah, Hafshoh binti Sirin, dan yang lainnya.

Dan di antara yang meriwayatkan darinya (muridnya) adalah: Ayyub as-Sikhtiyani, Sulaiman at-Taimi, Jarir bin Hazim, Syu'bah, Mas'ar, Yazid bin Ibrohim at-Tustari, Yunus al-Iskaf, Abu Hilal ar-Rasbi, Hisyam ad-Dustuwa'i, Muthar al-Warraq, Hammam bin Yahya, 'Amr bin al-Harits al-Mishri, Ma'mar, Syaiban an-Nahwi, Salam bin Abi Muti', Sa'id bin Abi 'Urubah, Aban bin Yazid al-'Attar, Hushain bin Dzakwan al-Mu'allim, Hammad bin Salamah, al-Auza'i, 'Umar bin Ibrohim al-'Abdi, 'Imron al-Qattan, Qarah bin Khalid, Manshur bin Zadhan, al-Layts bin Sa'd, Abu 'Awanah, dan yang lainnya.

📚[Ibn Hajar al-'Asqalani, *Tahdzibut-Tahdzib*, 8/351-356]


Telegram: ilmui
WA: ilmui

#share_gratis, #tanpa_logo, #tanpa_minta_donasi, #tanpa_yayasan

Post a Comment

0 Comments