Advertisement

MUSYRIKUN MENCARI-CARI ALASAN MENOLAK KEBENARAN

بسم الله الرحمٰن الرحيم

🔸MUSYRIKUN MENCARI-CARI ALASAN MENOLAK KEBENARAN🔸


Berkata Alloh ta'ala:

وَلَوْ جَعَلْنَٰهُ قُرْءَانًا أَعْجَمِيًّا لَّقَالُوا۟ لَوْلَا فُصِّلَتْ ءَايَٰتُهُۥٓ ۖ ءَا۬عْجَمِىٌّ وَعَرَبِىٌّ ۗ قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ هُدًى وَشِفَآءٌ ۖ وَٱلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ فِىٓ ءَاذَانِهِمْ وَقْرٌ وَهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًى ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ يُنَادَوْنَ مِن مَّكَانٍۭ بَعِيدٍ

Dan jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" Apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh". (QS. Fushshilat: 44)

Berkata Ibnu Katsir rohimahulloh ta'ala:

لَمَّا ذَكَرَ تَعَالَى الْقُرْآنَ وَفَصَاحَتَهُ وَبَلَاغَتَهُ، وَإِحْكَامَهُ فِي لَفْظِهِ وَمَعْنَاهُ، وَمَعَ هَذَا لَمْ يُؤْمِنْ بِهِ الْمُشْرِكُونَ، نَبَّهَ عَلَى أَنَّ كُفْرَهُمْ بِهِ كُفْرُ عِنَادٍ وَتَعَنُّتٍ، كَمَا قَالَ: {وَلَوْ نزلْنَاهُ عَلَى بَعْضِ الأعْجَمِينَ فَقَرَأَهُ عَلَيْهِمْ مَا كَانُوا بِهِ مُؤْمِنِينَ} [الشُّعَرَاءِ: 198، 199] . وَكَذَلِكَ لَوْ أُنْزِلَ الْقُرْآنُ كُلُّهُ بِلُغَةِ الْعَجَمِ، لَقَالُوا عَلَى وَجْهِ التَّعَنُّتِ وَالْعِنَادِ: {لَوْلا فُصِّلَتْ آيَاتُهُ أَأَعْجَمِيٌّ وَعَرَبِيٌّ} أَيْ: لَقَالُوا: هَلَّا أُنْزِلَ مُفَصَّلًا بِلُغَةِ الْعَرَبِ، وَلَأَنْكَرُوا ذَلِكَ وَقَالُوا: أَعْجَمِيٌّ وَعَرَبِيٌّ؟ أَيْ: كَيْفَ يَنْزِلُ كَلَامٌ أَعْجَمِيٌّ عَلَى مُخَاطَبٍ عَرَبِيٍّ لَا يَفْهَمُهُ.

هَكَذَا رُوي هَذَا الْمَعْنَى عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، وَمُجَاهِدٍ، وَعِكْرِمَةَ، وَسَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، وَالسُّدِّيِّ، وَغَيْرِهِمْ.

وَقِيلَ: الْمُرَادُ بِقَوْلِهِمْ: {لَوْلا فُصِّلَتْ آيَاتُهُ أَأَعْجَمِيٌّ وَعَرَبِيٌّ} أَيْ: هَلَّا أُنْزِلَ بَعْضُهَا بِالْأَعْجَمِيِّ، وَبَعْضُهَا بِالْعَرَبِيِّ.

هَذَا قَوْلُ الْحَسَنِ الْبَصْرِيِّ، وَكَانَ يَقْرَؤُهَا كَذَلِكَ بِلَا اسْتِفْهَامٍ فِي قَوْلِهِ {أَعْجَمِيٌّ} وَهُوَ رِوَايَةٌ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ وَهُوَ فِي [التَّعَنُّتِ وَ] الْعِنَادِ أَبْلَغُ.

ثُمَّ قَالَ تَعَالَى: {قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ} أَيْ: قُلْ يَا مُحَمَّدُ: هَذَا الْقُرْآنُ لِمَنْ آمَنَ بِهِ هُدًى لِقَلْبِهِ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ مِنَ الشُّكُوكِ وَالرَّيْبِ، {وَالَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ فِي آذَانِهِمْ وَقْرٌ} أَيْ: لَا يَفْهَمُونَ مَا فِيهِ، {وَهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًى} أَيْ: لَا يَهْتَدُونَ إِلَى مَا فِيهِ مِنَ الْبَيَانِ كَمَا قَالَ تَعَالَى: {وَنُنزلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلا خَسَارًا} [الْإِسْرَاءِ: 82] .

{أُولَئِكَ يُنَادَوْنَ مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍ} قَالَ مُجَاهِدٌ: يَعْنِي بعيد مِنْ قُلُوبِهِمْ.

قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: مَعْنَاهُ: كَأَنَّ مَنْ يُخَاطِبُهُمْ يُنَادِيهِمْ مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍ، لَا يَفْهَمُونَ مَا يَقُولُ.

قُلْتُ: وَهَذَا كَقَوْلِهِ تَعَالَى: {وَمَثَلُ الَّذِينَ كَفَرُوا كَمَثَلِ الَّذِي يَنْعِقُ بِمَا لَا يَسْمَعُ إِلا دُعَاءً وَنِدَاءً صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَعْقِلُونَ} [الْبَقَرَةِ: 171] .

وَقَالَ الضَّحَّاكُ: يُنَادَوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِأَشْنَعِ أَسْمَائِهِمْ.

وَقَالَ السُّدِّيُّ: كَانَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] جَالِسًا عِنْدَ رَجُلٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ يَقْضِي، إِذْ قَالَ: يَا لبَّيكاه. فَقَالَ عُمَرُ: لِمَ تُلَبِّي؟ هَلْ رَأَيْتَ أَحَدًا، أَوْ دَعَاكَ أَحَدٌ؟ قَالَ: دَعَانِي دَاعٍ مِنْ وَرَاءِ الْبَحْرِ. فَقَالَ عُمَرُ: أُولَئِكَ يُنَادُونَ مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍ. رَوَاهُ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ.

MUSYRIKUN MENCARI-CARI ALASAN MENOLAK KEBENARAN


Ketika Alloh menyebutkan Al-Qur'an dengan kefasihan, keindahan, dan kesempurnaannya baik dalam lafaz maupun makna, tetapi tetap saja orang-orang musyrik tidak beriman kepadanya, hal ini menunjukkan bahwa kekafiran mereka adalah karena kedengkian dan keangkuhan. Sebagaimana Alloh berkata, *“Jika Kami turunkan Al-Qur'an ini kepada seseorang yang bukan Arob, lalu ia membacakannya kepada mereka, mereka tidak juga akan beriman kepadanya”* (QS. Asy-Syu’aroo: 198–199).

Demikian pula, jika seluruh Al-Qur'an diturunkan dalam bahasa asing, mereka akan berkata dengan nada penolakan dan keangkuhan, *"Mengapa ayat-ayatnya tidak dijelaskan secara rinci? Apakah (patut Al-Qur'an) dalam bahasa asing sedang (Rosul adalah orang) Arob?"* Maksudnya, mereka akan mengatakan, *“Mengapa tidak diturunkan dengan penjelasan rinci dalam bahasa Arob? Bagaimana bisa sebuah kitab dalam bahasa asing diberikan kepada orang Arob yang tidak memahaminya?”*  

Demikian tafsiran ini diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Sa'id bin Jubair, As-Suddi, dan lainnya.  

Ada pula pendapat lain yang mengatakan bahwa maksud perkataan mereka (mengapa tidak dibedakan ayat-ayatnya apakah ajam atau arob?) adalah, *“Mengapa tidak sebagian dalam bahasa asing dan sebagian dalam bahasa Arob?”* Ini adalah pendapat Hasan Al-Bashri, yang membaca ayat ini tanpa menggunakan bentuk pertanyaan pada kata *'a’jamiyyun* (asing), yang juga diriwayatkan dari Sa'id bin Jubair. Penafsiran ini menunjukkan bahwa sifat keangkuhan mereka semakin tampak.  

Kemudian Alloh berfirman: *“Katakanlah, Al-Qur'an itu bagi orang-orang yang beriman adalah petunjuk dan penyembuh,”* yaitu, katakanlah wahai Muhammad, Al-Qur'an ini bagi mereka yang beriman adalah petunjuk bagi hati mereka dan penyembuh bagi keraguan serta kebimbangan yang ada di dalam dada.  

Adapun bagi orang-orang yang tidak beriman, *“di telinga mereka ada sumbatan,”* yakni mereka tidak memahami apa yang ada di dalamnya, *“dan bagi mereka, Al-Qur'an itu adalah kegelapan,”* yaitu mereka tidak mendapatkan petunjuk dari penjelasan yang ada di dalamnya. Sebagaimana firman Alloh, *“Kami turunkan Al-Qur'an sebagai penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan Al-Qur'an itu tidak menambah kepada orang-orang zolim selain kerugian”* (QS. Al-Isro: 82).  

*Mereka itu seperti orang yang dipanggil dari tempat yang jauh.* Mujahid menafsirkan bahwa maksudnya adalah hati mereka jauh dari kebenaran.  

Ibnu Jarir berkata bahwa maksudnya adalah, seolah-olah yang berbicara kepada mereka memanggil dari tempat yang jauh sehingga mereka tidak memahami apa yang dikatakan.  

Pendapat ini serupa dengan firman Alloh: *“Dan perumpamaan orang-orang yang kafir adalah seperti penggembala yang memanggil (ternaknya) yang tidak mendengar selain panggilan dan seruan saja. Mereka tuli, bisu, dan buta, maka mereka tidak mengerti”* (QS. Al-Baqoroh: 171).  

Ad-Dhahhak mengatakan bahwa pada Hari Kiamat mereka akan dipanggil dengan nama-nama yang paling buruk.  

Sedangkan As-Suddi meriwayatkan bahwa Umar bin Khotthob pernah duduk di dekat seorang Muslim yang sedang memutuskan suatu perkara.

Orang itu tiba-tiba berkata, *“Ya labbaikah.”* Umar bertanya, *“Mengapa kamu menjawab panggilan? Apakah kamu melihat seseorang atau ada yang memanggilmu?”* Ia menjawab, *“Ada yang memanggilku dari seberang laut.”* Maka Umar berkata, *“Mereka itu seperti orang yang dipanggil dari tempat yang jauh.”* (Riwayat Ibnu Abi Hatim).

📚Tafsir Ibnu Katsir juz 7 hal. 184

Telegram: ilmui
WA: ILMUI
#share_gratis, #tanpa_logo, #tanpa_minta_donasi, #tanpa_yayasan

 Ilmuii #free_share, #without_logo, #without_asking_donation, #without_foundation

Post a Comment

0 Comments