🌙BOLEHKAH BERPUASA ROMADHON JIKA TELAH MELIHAT HILAL TAPI PERSAKSIANNYA DITOLAK PEMERINTAH?🌙
Berkata Syaikh AlAlbany rohimahulloh:
وقال أبو الحسن السندي في " حاشيته على ابن ماجه " بعد أن ذكر حديث أبي هريرة
عند الترمذي:
" والظاهر أن معناه أن هذه الأمور ليس للآحاد فيها دخل، وليس لهم التفرد
فيها، بل الأمر فيها إلى الإمام والجماعة، ويجب على الآحاد اتباعهم للإمام
والجماعة، وعلى هذا، فإذا رأى أحد الهلال، ورد الإمام شهادته ينبغي أن لا
يثبت في حقه شيء من هذه الأمور، ويجب عليه أن يتبع الجماعة في ذلك ".
[ناصر الدين الألباني ,سلسلة الأحاديث الصحيحة وشيء من فقهها وفوائدها ,1/443]
"Berkata Abul Hasan Assinndy di "Hasyiatuhu ala ibni Maajah" setelah menyebutkan hadits Abu Huroirah riwayat AtTimidzy (yang makna: puasa itu hari kalian puasa, berbuka itu hari kalian berbuka):
"Dan secara dzohir maknanya bahwasanya perkara ini (menetapkan puasa dan hari raya) bukanlah bagi individu-individu (berhak) masuk padanya, dan tidak boleh mereka bersendirian padanya, bahkan perkara padanya diserahkan kepada pemimpin dan jama'ah, dan wajib bagi masing-masing individu mengikuti pemimpin dan jama'ah, dan atas dasar ini maka jika seseorang melihat hilal lalu imam (pemimpin) menolak persaksiannya maka dia seharusnya tidak menetapkan pada dirinya sendiri seuatu dari perkara ini, dan dia wajib mengikuti jama'ah pada perkara tersebut"."
Silsilah Ahadits Ashohihah Alalbany: 1/443
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rohimahulloh:
فَشَرْطُ كَوْنِهِ هِلَالًا وَشَهْرًا شُهْرَتُهُ بَيْنَ النَّاسِ وَاسْتِهْلَالُ النَّاسِ بِهِ حَتَّى لَوْ رَآهُ عَشَرَةٌ وَلَمْ يَشْتَهِرْ ذَلِكَ عِنْدَ عَامَّةِ أَهْلِ الْبَلَدِ لِكَوْنِ شَهَادَتِهِمْ مَرْدُودَةً أَوْ لِكَوْنِهِمْ لَمْ يَشْهَدُوا بِهِ كَانَ حُكْمُهُمْ حُكْمَ سَائِرِ الْمُسْلِمِينَ فَكَمَا لَا يَقِفُونَ وَلَا يَنْحَرُونَ وَلَا يُصَلُّونَ الْعِيدَ إلَّا مَعَ الْمُسْلِمِينَ فَكَذَلِكَ لَا يَصُومُونَ إلَّا مَعَ الْمُسْلِمِينَ وَهَذَا مَعْنَى قَوْلِهِ: {صَوْمُكُمْ يَوْمَ تَصُومُونَ وَفِطْرُكُمْ يَوْمَ تُفْطِرُونَ وَأَضْحَاكُمْ يَوْمَ تُضَحُّونَ} . وَلِهَذَا قَالَ أَحْمَد فِي رِوَايَتِهِ: يَصُومُ مَعَ الْإِمَامِ وَجَمَاعَةِ الْمُسْلِمِينَ فِي الصَّحْوِ وَالْغَيْمِ. قَالَ أَحْمَد: يَدُ اللَّهِ عَلَى الْجَمَاعَةِ.
[ابن تيمية ,مجموع الفتاوى ,25/117]
"Syarat diakui sahnya bulan (hilal) dan bulan (bulan Islam) tersebut adalah diketahuinya oleh masyarakat umum dan diakui secara luas, sehingga meskipun sepuluh orang melihat hilal tersebut tetapi tidak tersebar secara umum oleh penduduk negeri dikarenakan kesaksian mereka tertolak atau karena mereka tidak diakui dengannya, maka hukum mereka sama dengan hukum orang-orang Muslim lainnya. Seperti mereka tidak wuquf (ketika haji dan pemerintah saudy tidak menerima persaksiannya), tidak menyembelih, dan tidak shalat Hari Raya kecuali bersama umat Muslim, maka juga mereka tidak berpuasa kecuali bersama umat Muslim. Ini merupakan makna dari perkataan Nabi, "Puasa adalah pada hari kalian berpuasa, berbuka adalah hari kalian berbuka, dan kurban adalah pada hari kalian berkurban." Dan karena itu Ahmad berkata dalam riwayatnya, "Dia berpuasa bersama imam (pemimpin) dan jamaah Muslim pada saat cerah maupun berawan." Ahmad berkata, "Tangan Allah ada di atas jamaah."
[Imam Ibn Taymiyyah, Majmu' Al-Fatawa, 25/117]
Diterjemahkan:
Abu Ibrohim saiid AlMakassary
2 Syawwal 1444
Rosululloh shollallohu’alaihi wa sallam bersabda,
ﺍﻟﺼَّﻮْﻡُ ﻳَﻮْﻡَ ﺗَﺼُﻮﻣُﻮﻥَ ﻭَﺍﻟْﻔِﻄْﺮُ ﻳَﻮْﻡَ ﺗُﻔْﻄِﺮُﻭﻥَ ﻭَﺍﻷَﺿْﺤَﻰ ﻳَﻮْﻡَ ﺗُﻀَﺤُّﻮﻥَ
? “Berpuasa adalah hari kalian berpuasa, berbuka (berhari raya idul fitri) adalah hari kalian berbuka dan berkurban (berhari raya idul adha) adalah hari kalian berkurban.” [HR. At-Tirmidzi dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Ash-Shahihah : 224]
Al-Imam Abu Isa At-Tirmidzi rahimahullah setelah meriwayatkan hadits ini beliau berkata,
ﻭَﻓَﺴَّﺮَ ﺑَﻌْﺾُ ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢِ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟْﺤَﺪِﻳﺚَ ﻓَﻘَﺎﻝَ : ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻣَﻌْﻨَﻰ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟﺼَّﻮْﻡُ ﻭَﺍﻟْﻔِﻄْﺮُ ﻣَﻊَ ﺍﻟْﺠَﻤَﺎﻋَﺔِ ﻭَﻋِﻈَﻢِ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ
“Sebagian ulama telah menafsirkan hadits ini, mereka berkata: Hanyalah makna hadits ini adalah berpuasa dan berbuka (berhari raya) bersama al-jama’ah (Pemerintah) dan kebanyakan manusia (tidak sendiri-sendiri atau berkelompok-kelompok).” [ Sunan At-Tirmidzi , 2/72]
Al-‘Allaamah As-Sindi rahimahullah berkata,
ﻭَﺍﻟﻈَّﺎﻫِﺮ ﺃَﻥَّ ﻣَﻌْﻨَﺎﻩُ ﺃَﻥَّ ﻫَﺬِﻩِ ﺍﻟْﺄُﻣُﻮﺭ ﻟَﻴْﺲَ ﻟِﻠْﺂﺣَﺎﺩِ ﻓِﻴﻬَﺎ ﺩَﺧْﻞ ﻭَﻟَﻴْﺲَ ﻟَﻬُﻢْ ﺍﻟﺘَّﻔَﺮُّﺩ ﻓِﻴﻬَﺎ ﺑَﻞْ ﺍﻟْﺄَﻣْﺮ ﻓِﻴﻬَﺎ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﺈِﻣَﺎﻡ ﻭَﺍﻟْﺠَﻤَﺎﻋَﺔ ﻭَﻳَﺠِﺐ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﺂﺣَﺎﺩ ﺍِﺗِّﺒَﺎﻋﻬﻢْ ﻟِﻠْﺈِﻣَﺎﻡِ ﻭَﺍﻟْﺠَﻤَﺎﻋَﺔ
“Dan nampak jelas bahwa makna hadits ini adalah, perkara-perkara ini (menentukan waktu puasa dan hari raya) tidak boleh ada campur tangan individu-individu dan tidak boleh bagi mereka untuk menetapkan keputusan sendiri, akan tetapi keputusannya diserahkan kepada pemimpin dan pemerintah, dan wajib bagi individu-individu untuk mengikuti keputusan pemimpin dan pemerintah.” [Haasyiatus Sindi ‘ala Ibni Majah , 1/509]
وسئل رحمه الله من بعض موظفي سفارة بلاد الحرمين في إحدى الدول : ونحن هنا نعاني بخصوص صيام شهر رمضان المبارك وصيام يوم عرفة ، وقد انقسم الأخوة هناك إلى ثلاثة أقسام :
قسم يقول : نصوم مع المملكة ونفطر مع المملكة .
قسم يقول نصوم مع الدولة التي نحن فيها ونفطر معهم .
قسم يقول : نصوم مع الدولة التي نحن فيها رمضان ، أما يوم عرفة فمع المملكة .
وعليه آمل من فضيلتكم الإجابة الشافية والمفصلة لصيام شهر رمضان المبارك ، ويوم عرفة مع الإشارة إلى أن دولة . . . وطوال الخمس سنوات الماضية لم يحدث وأن وافقت المملكة في الصيام لا في شهر رمضان ولا في يوم عرفة ، حيث إنه يبدأ صيام شهر رمضان . بعد إعلانه في المملكة بيوم أو يومين ، وأحيانا ثلاثة أيام .
فأجاب :
اختلف العلماء رحمهم الله فيما إذا رؤي الهلال في مكان من بلاد المسلمين دون غيره ، هل يلزم جميع المسلمين العمل به ، أم لا يلزم إلا من رأوه ومن وافقهم في المطالع ، أو من رأوه ، ومن كان معهم تحت ولاية واحدة ، على أقوال متعددة ، وفيه خلاف آخر .
والراجح أنه يرجع إلى أهل المعرفة ، فإن اتفقت مطالع الهلال في البلدين صارا كالبلد الواحد ، فإذا رؤي في أحدهما ثبت حكمه في الآخر ، أما إذا اختلفت المطالع فلكل بلد حكم نفسه ، وهذا اختيار شيخ الإسلام ابن تيمية رحمه الله تعالى وهو ظاهر الكتاب والسنة ومقتضى القياس :
أما الكتاب فقد قال الله تعالى : ( فمن شهد منكم الشهر فليصمه ومن كان مريضا أو على سفر فعدة من أيام أخر يريد الله بكم اليسر ولا يريد بكم العسر ولتكملوا العدة ولتكبروا الله على ما هداكم ولعلكم تشكرون ) فمفهوم الآية : أن من لم يشهده لم يلزمه الصوم .
وأما السنة فقد قال النبي صلى الله عليه وسلم ( إذا رأيتموه فصوموا ، وإذا رأيتموه فأفطروا ) مفهوم الحديث إذا لم نره لم يلزم الصوم ولا الفطر .
وأما القياس فلأن الإمساك والإفطار يعتبران في كل بلد وحده وما وافقه في المطالع والمغارب ، وهذا محل إجماع ، فترى أهل شرق آسيا يمسكون قبل أهل غربها ويفطرون قبلهم ، لأن الفجر يطلع على أولئك قبل هؤلاء ، وكذلك الشمس تغرب على أولئك قبل هؤلاء ، وإذا كان قد ثبت هذا في الإمساك والإفطار اليومي فليكن كذلك في الصوم والإفطار الشهري ولا فرق .
ولكن إذا كان البلدان تحت حكم واحد وأَمَرَ حاكمُ البلاد بالصوم ، أو الفطر وجب امتثال أمره ؛ لأن المسألة خلافية ، وحكم الحاكم يرفع الخلاف .
وبناء على هذا صوموا وأفطروا كما يصوم ويفطر أهل البلد الذي أنتم فيه سواء وافق بلدكم الأصلي أو خالفه ، وكذلك يوم عرفة اتبعوا البلد الذي أنتم فيه . ” [
مجموع الفتاو
ى 19 ].
Dan syaikh (Al-Utsaimin
) rohimahulloh juga ditanya oleh staf kedutaan negeri dua tanah harom di salah satu negara:
Dan kami disini mengalami permasalahan khususnya puasa bulan Romadhon Almubarok dan puasa hari Arofah, dan ikhwah disana terbagi kepada tiga golongan:
Sebagian mengatakan: kami puasa bersama kerajaan dan kami berbuka bersama kerajaan (saudy).
Sebagian mengatakan: kami berpuasa bersama negara di tempat kami tinggal dan kami berbuka bersamanya.
Sebagian lagi mengatakan: kami berpuasa bersama negara yang kami tinggali pada bulan Romadhon, sedangkan hari Arofah bersama kerajaan (saudy).
Maka karena itu kami mengharapkan dari keutamaanmu sebuah jawaban yang melegakan dan rinci untuk puasa Romadhon yang diberkahi, dan puasa Arofah dengan mengisyaratkan bahwa negara…., dan selama lima tahun yang lalu tidak pernah terjadi hal ini dan bahwa bersesuaian dengan kerajaan dalam puasa tidak di bulan Romadhon dan tidak di hari Arofah, semenjak itu memulai puasa Romadhon setelah mengumumkan dikerajaan saudy sehari atau dua hari, dan kadang kadang tiga hari.
Maka syaikh menjawab:
Para ulama rohimahulloh berbeda pendapat dalam hal jika telah terlihat hilal di suatu tempat dari negara kaum mulimin tidak pada yang lainnya, apakah mengharuskan seluruh kaum muslimin beramal dengannya ataukah tidak diharuskan kecuali siapa yang melihatnya dan siapa yang bersesuaian dengan mereka dalam hal tempat terbitnya (hilal), ataukah siapa yang melihatnya dan siapa saja yang bersama mereka dibawah pemerintahan yang satu, ada pendapat yang bermacam macam, dan padanya ada perselisihan yang lain.
Dan yang benarnya bahwasanya dia meruju’ kepada ahlinya yang tahu (keadaan), jika dia bersesuaian dengan tempat/waktu terbit hilal pada dua negara maka dua negara tersebut seperti negara yang satu, maka jika terlihat disalah satunya maka sama hukumnya pada negara yang lainnya (yg berdekatan), adapun jika berbeda waktu/tempat terbitnya maka setiap negara hukumnya masing-masing (tersendiri), dan inilah pilihan Syaikhul Islam Ibnu Taymiyyah rohimahulloh ta’ala, dan itulah yg nampak dari Kitab dan Sunnah dan juga diambil dari Qiyas,
Adapun dari Alkitab maka Alloh ta’ala telah berkata: “Maka siapa yang menyaksikan diantara kalian bulan maka berpuasalah padanya, dan siapa yang sakit atau safar maka hitungannya di hari yang lain, Alloh menghendaki bagi kalian kemudahan dan tidak menghendaki bagi kalian kesusahan dan agar kalian menyempurnakan bilangan dan agar kalian mengagungkan Alloh atas apa yang ditunjukinya kepada kalian dan agar kalian bersyukur”. Maka pemahaman ayatnya: bahwa siapa yang tidak menyaksikannya belum wajib atasnya puasa.
Adapun dari Sunnah maka sungguh Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallan telah bersabda: “Maka jika kalian telah meliatnya maka berpuasalah, dan jika telah melihatnya maka berbukalah.” Pemahaman haditsnya jika belum melihat maka belum harus puasa dan tidak pula berbuka.
Dan adapun qiyas dikarenakan menahan dan berbuka keduanya didasari pada setiap negara masing masing dan pada siapa yang bersesuaian dalam waktu/tempat terbit dan terbenam, dan ini telah menjadi ijma, maka engkau lihat penduduk di timur Asia menahan (puasa) terlebih dahulu sebelum penduduk sebelah baratnya dan juga berbuka sebelum mereka (penduduk barat), dikarenakan fajar terbit diatas mereka (yg di timur) sebelum mereka (yg di barat), dan demikian pula matahari terbenam atas mereka (yg ditimur) sebelum mereka (yg dibarat). Maka jika perkara ini telah dipastikan dalam menahan dan berbuka harian maka demikian pula dalam berpuasa dan berbuka (hari raya) bulanan dan tidak ada perbedaan.
Akan tetapi jika dua negeri dibawah hukum yang satu dan hakim (menteri agama) negara memerintahkan untuk berpuasa, atau berbuka (hari raya) maka wajib mengikuti perintahnya, dikarenakan suatu masalah yang diperselisihkan maka keputusan hakim mengangkat (menyelesaikan) perselisihan tersebut.
Maka dibangun atas hal ini puasalah kalian dan berbukalah sebagaimana puasa dan berbukanya penduduk negara yang kalian tinggal padanya sama saja baik
itu apakah sesu
ai dengan negara asal kalian (sau
dy) ataukah tidak. Dan demikian pula pada hari Arofah kalian mngikuti negara yang kalian berada
padanya. (Majmu Alfatawa ibnul Utsaimin: 19)
Telegram: @ilmui, https://t.me/ilmui
WA: https://whatsapp.com/channel/0029VaALfMAGJP8PEIsVk33P
share #gratis, tanpa #logo, tanpa minta #donasi, tanpa #yayasan
#free_share, #without_logo, #without_asking_donation, #without_foundation
0 Comments