Advertisement

MENAMPAKKAN IBADAH UNTUK MOTIVASI

بسم الله الرحمٰن الرحيم

🪢 MENAMPAKKAN IBADAH UNTUK MOTIVASI 🪢

Syaikh Ibnu Utsaimin (w: 1421) rohimahulloh ditanya:

هذه رسالة من أختكم في الله من حريملاء أج س تقول إذا قام الإنسان ببعض أعمال التطوع كصلاة الضحى أو قيام الليل أو غيرها من العبادات وحاول أن يراه أهل البيت ليس رياء ولكن رجاء التقليد له أو الاقتداء به فيكون قدوة لهم فهل يجوز هذا؟
فأجاب رحمه الله تعالى: الأصل في معاملة الإنسان ربه وتعبده له إن يكون ذلك سراً بينه وبين ربه لأنه إنما يتعبد لله رجاء ثواب الله عز وجل والنجاة من عقابه وهذا لا يحتاج إلى أن يراه أحد من البشر لأن البشر لا يحققون له شيئاً من ذلك إلا حسبما تقضيه الشريعة كالدعاء للإنسان مثلاً هذا هو الأصل في العبادات لكن قد يكون إظهار العبادة أمراً مشروعاً مرغباً فيه لما يترتب عليه من المصالح فانظر إلى الصلاة مثلاً وهي أجل العبادات البدنية يشرع أن تكون جماعة في المساجد معلنة ظاهرة لما في ذلك من الخير الكثير المترتب على إعلانها والاجتماع عليها في المساجد ولهذا إذا عورضت المصلحة هذه بما هو أصلح كان الأفضل عدم صلاتها في المساجد فالنساء مثلاً لا يشرع لهن أن يصلىن جماعة في المساجد وإن كان يباح لهنّ أن يحضرن جماعة الرجال في المساجد أما الرجال فوجوب الجماعة عليهم في المساجد ظاهر وذلك لأن مصلحة إظهار الجماعة في المساجد بالنسبة للرجال عارضها مشروعية القرار في البيوت وعدم البروز بالنسبة للنساء فكان بيوتهن خير لهن ولهذا نقول إن المشروع في حق المرأة ألا تشهد الجماعة مع الرجال إلا في صلاة العيد خاصة فإن النبي صلى الله عليه وسلم أمر النساء أن يخرجن حتى أنه (أمر العواتق وذوات الخدور أن يشهدن الخير ودعوة المسلمين ويعتزل الحيض المصلى) إذاً الأصل في العبادة أن تكون سراً بين الإنسان وبين ربه لأنه سبحانه وتعالى هو الذي يثيبه عليها ويعاقب الإنسان على معصيته لكن إذا كان فيها مصلحة فإنها تراعى هذه المصلحة وبناء على هذه القاعدة يتبين الجواب عن سؤال المرأة التي تسأل عن إخفاء التطوع في بيتها عن أهلها هل هو أفضل أو إظهار التطوع لا رياء ولا سمعة ولكن من أجل أن يقتدي بها أهل البيت؟ فنقول إن إظهار التطوع في هذه الحال بهذه النية أفضل من إخفاءه لأن الناس ينشط بعضهم بعضا فإذا رأت المرأة أن إظهار تطوعها في الصلاة أو قراءة القرآن أو الصدقة أو ما أشبه ذلك ينتج عنه خير باقتداء غيرها بها فإن إظهاره حينئذ يكون خيراً وهكذا الرجل ولهذا امتدح الله عز وجل الذين ينفقون سراً وعلانية ولم يجعل المدح خاصاً بالذين ينفقون سراً وذلك لأن السر قد يكون أولى والإعلان قد يكون أولى بحسب ما يترتب على ذلك من المصالح
وخلاصة الجواب أن المرأة إذا أظهرت التطوع بالصلاة أو القراءة أو الصيام أو الصدقة من أجل أن يقتدي بها أهل البيت فإن ذلك لا بأس به بل هو خير.
---
[ابن عثيمين ,فتاوى نور على الدرب للعثيمين ,24/2]

Pertanyaan:

Ini adalah sebuah pertanyaan dari saudari kalian dalam Islam dari kota Ḥuraymilāʾ, inisial A.J.S. Ia bertanya: “Jika seseorang melakukan beberapa amalan sunnah seperti shalat Duha, shalat malam, atau ibadah lainnya, lalu ia berusaha agar dilihat oleh anggota keluarganya — bukan karena riya’, tetapi dengan harapan agar mereka menirunya atau menjadikannya teladan — apakah hal ini diperbolehkan?”

Jawaban Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rohimahulloh:

Hukum asal dalam hubungan seorang manusia dengan Rabb-nya dan dalam ibadahnya kepada-Nya adalah bahwa hal itu dilakukan secara rahasia antara dirinya dan Rabb-nya. Karena sesungguhnya ia beribadah hanya untuk Allah dengan harapan memperoleh pahala dari Allah ‘azza wa jalla dan selamat dari siksa-Nya. Dan hal ini tidak membutuhkan dilihat oleh manusia, karena manusia tidak dapat memberikan apa pun dari perkara tersebut kecuali sebatas yang ditetapkan oleh syariat, seperti doa kebaikan dari orang lain misalnya. Inilah hukum asal dalam ibadah.

Namun, terkadang menampakkan ibadah menjadi hal yang disyariatkan dan dianjurkan karena maslahat-maslahat yang ditimbulkan darinya. Perhatikanlah contoh shalat — yang merupakan ibadah jasmani paling mulia — maka disyariatkan untuk dilakukan secara berjamaah di masjid secara terang-terangan, tampak, dan diumumkan karena banyaknya kebaikan yang ditimbulkan dari pengumuman dan perkumpulan di masjid untuk menunaikannya.

Karena itulah, jika kemaslahatan ini bertentangan dengan maslahat yang lebih besar, maka lebih utama untuk tidak menunaikannya di masjid. Misalnya, wanita tidak disyariatkan untuk menunaikan shalat berjamaah di masjid, meskipun mereka dibolehkan menghadiri jamaah kaum laki-laki di masjid. Adapun kaum laki-laki, maka kewajiban mereka menunaikan shalat berjamaah di masjid adalah sesuatu yang jelas, karena maslahat menampakkan shalat berjamaah di masjid bagi laki-laki bertentangan dengan disyariatkannya wanita untuk tetap berada di rumah dan tidak tampil di hadapan umum. Maka rumah-rumah mereka lebih baik bagi mereka.

Oleh karena itu, kami katakan bahwa syariat yang berlaku bagi wanita adalah agar tidak menghadiri jamaah bersama kaum laki-laki, kecuali dalam shalat ‘Id saja. Karena Nabi ﷺ memerintahkan para wanita untuk keluar (untuk shalat ‘Id), bahkan beliau memerintahkan para gadis remaja dan wanita-wanita yang dipingit untuk turut menyaksikan kebaikan dan doa kaum Muslimin, serta menyuruh wanita haid untuk menjauhi tempat shalat.

Maka, hukum asal ibadah adalah dilakukan secara rahasia antara seorang hamba dan Rabb-nya, karena Dialah yang akan memberinya pahala atas ibadah itu dan menghukum atas kemaksiatannya.

Akan tetapi, jika dalam menampakkan ibadah itu terdapat maslahat, maka maslahat tersebut diperhatikan. Berdasarkan kaidah ini, maka jelaslah jawaban atas pertanyaan wanita yang bertanya tentang apakah menyembunyikan ibadah sunnah di rumahnya dari anggota keluarganya lebih utama, atau menampakkan ibadah tersebut — bukan karena riya’ atau ingin dipuji, tetapi agar mereka meneladaninya?

Maka kami katakan: Menampakkan ibadah sunnah dalam kondisi seperti ini, dengan niat seperti itu, lebih utama daripada menyembunyikannya, karena manusia dapat saling menyemangati satu sama lain. Jika seorang wanita melihat bahwa menampakkan ibadah sunnah seperti shalat, membaca Al-Qur’an, sedekah, atau semacamnya dapat membuahkan kebaikan dengan ditirunya oleh orang lain, maka menampakkan ibadah itu saat itu menjadi lebih baik. Dan demikian pula bagi kaum laki-laki.

Karena itulah, Allah ‘azza wa jalla memuji orang-orang yang bersedekah baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, dan pujian tersebut tidak dikhususkan bagi orang-orang yang bersedekah secara sembunyi-sembunyi saja. Hal itu karena terkadang sedekah secara rahasia lebih utama, dan terkadang sedekah secara terang-terangan lebih utama, tergantung maslahat yang ditimbulkan darinya.

Kesimpulan jawaban: Jika seorang wanita menampakkan ibadah sunnah seperti shalat, membaca Al-Qur’an, puasa, atau sedekah dengan tujuan agar anggota keluarganya meneladaninya, maka tidak mengapa bahkan hal itu merupakan kebaikan.

📚 [Fatawa Nūr ‘ala ad-Darb – Syaikh Ibnu ‘Utsaimin, 24/2]


#share_gratis, #tanpa_logo, #tanpa_minta_donasi, #tanpa_yayasan
#MENAMPAKKAN #IBADAH #MOTIVASI

Post a Comment

0 Comments