Advertisement

HUKUM MAKMUM YANG MASBUK BERJALAN BEBERAPA LANGKAH DIDALAM SHALAT UNTUK MENCARI ATAU MENDEKATI SUTRAH KETIKA IMAM SELESAI SALAM

⏳HUKUM MAKMUM YANG MASBUK BERJALAN BEBERAPA LANGKAH DIDALAM SHALAT UNTUK MENCARI ATAU MENDEKATI SUTRAH KETIKA IMAM SELESAI SALAM.

soal :
Mewakili pertanyaannya teman ustadz, apakah diperbolehkan atau ada dalilnya jalan mengikuti sutroh, karena sy melihat ikwan rata rata berjalan menuju sutrah, jika imam selesai shalat.jazakallah khairan

Ada dua pendapat dalam masalah ini : 

1️⃣Yang pertama adalah : 

Tidak perlu lagi mencari sutrah.

🖋️ Berkata Syaikh Allamah Al Faqih Al ‘Utsaimin rahimahullah :

المأموم لما سلم الإمام صار منفرداً فلا تكون سترة الإمام سترة له حتى الإمام الآن ليس بإمام؛ لأنه انصرف وذهب عن مكانه، لكن هل يشرع للمأموم بعد ذلك إذا قام يقضي ما فاته أن يتخذ سترة؟ الذي يظهر لي: أنه لا يشرع، وأن الصحابة رضي الله عنهم إذا فاتهم شيء قضوا بدون أن يتخذوا سترة، ثم لو قلنا: بأنه يستحب أن يتخذ سترة، أو يجب على قول من يرى وجوب السترة، فإن الغالب أنه يحتاج إلى مشي وإلى حركة لا نستبيحها إلا بدليل بين، فالظاهر أن المأموم يقال له: سترة الإمام انتهت معك وأنت لا تتخذ سترة؛ لأنه لم يرد اتخاذ السترة في أثناء الصلاة، وإنما تتخذ السترة قبل البدء في الصلاة.

Makmum ketika imam telah salam, maka ia menjadi sendirian. Maka dalam keadaan ini sutrah imam adalah sutrah baginya (makmum) bukan lagi berlaku untuknya, sampai si imam saat ini bukan lagi imam sholat, karena ia sudah berpindah dan pergi beranjak dari posisinya sebagai imam.

Namun setelah itu disyariatkan bagi makmum mencari sutrah jika kembali berdiri meneruskan shalat ?

 Yang nampak bagiku adalah tidak disyariatkan untuk mencari sutroh. Karena para sahabat Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam ketika mereka masbuk jika luput beberapa raka'at dalam shalat dan mereka menyelesaikan sisa shalatnya, tanpa lagi mengambil atau mencari sutrah

Lalu jika kita katakan bahwa dianjurkan mencari sutrah, atau bahkan wajib bagi yang berpendapat wajibnya hukum sutrah, maka pada umumnya diperlukan melangkah dan gerakan yang kita tidak bolehkan kecuali dengan dalil yang tegas.

Maka yang nampak disini, kita katakan kepada makmum bahwa sutrah sudah berakhir bersamamu dengan berakhirnya imam dan kamu tidak butuh lagi mencari sutrah karena tidak datang dalil untuk menjadikan atau mencari sutrah pada pertengahan shalat.

Yang ada dalilnya adalah mencari sutrah sebelum mulai shalat.”

📚Liqa Babil Maftuh, kaset no. 155, fatwa no. 16

🖋️ Berkata Syaikh Al-Allamah Bin Baz rahimahullah :

PERTANYAAN :

Saya melihat pada sebagian pemuda jika imam shalat telah salam (selesai) dan tersisa untuk pemuda ini beberapa rakaat maka dia melangkah beberapa langkah maju ke depan agar dia bisa mencegah orang yang lewat dari para jamaah shalat yang lain, apakah perbuatan ini benar ? dan apakah melangkah ini membatalkan shalat ?

beliau menjawab: 

لا يضره إن شاء الله، خطوات يسيرة حتى يمر الناس من وراءه لا يضره ذلك إن شاء الله إن كان بقي عليه صلاة قضى، لكن كونه يبقى في مكانه ويصلي في مكانه الحمد لله، أولى من التقدم.

Tidak membahayakan atau membatalkan shalatnya insyaa Allah. langkah yang sedikit sehingga orang-orang boleh lewat di belakangnya, ini tidak membahayakan shalatnya, in syaa Allah. Jika masih ada raka’at yang tersisa, maka ia sempurnakan.

Akan tetapi jika ia tetap pada tempatnya, shalat tetap pada tempatnya, alhamdulillah, ini lebih utama daripada maju melangkah kedepan (demi maksud mendekati sutrah atau mencari sutrah)”.

Fatwa Nur 'Ala Darb

2️⃣.pendapat kedua : 

Maju melangkah atau mencari sutrah jika sutrah dekat darinya demi kemaslahatan shalat.

🖋️Berkata Syaikh Al-Allamah Al Muhaddits Al Albany rahimahullah : 

 هذه القضية اجتهادية واستنباطية وليس عليها نص بمعنى أن المسبوق لما سلم الإمام فماذا يفعل ؟ 

Permasalahan ini adalah perkara Ijtihadiyyah dan istimbath (konsep penarikan kesimpulan dan mengeluarkan hukum) dan tidak ada atas masalah ini nash, dalam artian bahwa makmum yang masbuk setelah imam salam, apa yang harus dilakukan makmum?

هل يظل مكانه بدون سترة والسترة بعيدة عنه أم يحاول أن يتخذ له سترة من جديد ؟

Apakah ia tetap pada tempatnya tanpa sutrah, sementara sutrah jauh darinya ataukah ia berusaha mengambil sutrah baru untuknya?

 إن المسبوق إذا سلم الإمام وقام يأتي بما سبق به إن كان قريبا من السترة تقدم إليها ....

sesungguhnya orang yang masbuk, jika imam telah salam dan kemudian ia berdiri untuk mendatangkan apa yang ia telah luput, dan jika ia dekat dengan sutrah, maka ia maju mendekati sutrah, ....

وإنما هذه قضية تعود إلى هذا المسبوق وإلى تقديره فإذا قدر بأنه إذا مشى خطوات حصل السترة ولا يعرض نفسه ليقال إنه لا يصلي لأنه مشى كثيرا والمشي الكثير هو الذي يبطل الصلاة ، ففي هذه الحالة يمشي هذه الخطوات وينتهي الأمر

Hanya saja permasalahan ini kembali kepada si masbuk dan penilaiannya, dan jika ia mampu berjalan beberapa langkah dia akan mendapatkan sutrah dan tidak sampai menimpa pada dirinya hingga dikatakan ia tidak shalat karena banyak melangkah, dan melangkah yang banyak inilah yang membatalkan shalat, maka pada keadaan ini dia melangkah beberapa langkah, selesai perkara.

📚Silsilah Al Huda wan Nur Syarith 273.

⭕Kesimpulannya sebagai pendapat yang paling kuat dalam masalah ini adalah : 

Tidak mengapa bagi makmum yang masbuk ketika imam selesai shalat ia menjadikan seorang yang shalat atau yang duduk dihadapannya sebagai sutrah, dan jika orang tersebut meninggalkan tempatnya dan makmum mendapatkan sutrah yang dekat seperti tembok atau salah satu tiang masjid atau orang lain yang sementara shalat, makmum tersebut berpindah menuju kepadanya dengan melangkah beberapa langkah yang sedikit demi kemaslahatan shalat, akan tetapi jika di situ tidak ada sesuatu yang dekat bisa dijadikan sutrah, maka makmum tersebut menyempurnakan shalat diatas keadaannya seperti itu tanpa sutrah dan dia mencegat orang yang lewat didepannya.

Dan pendapat inilah yang mendekati kebenaran.

🖋️Berkata Imam Malik rahimahullah : 

إذا كان الرجل خلف الإمام وقد فاته شيء من صلاته فسلم الإمام وسارية عن يمينه أو عن يساره ، فلا بأس أن يتأخر إلى السارية عن يمينه أو عن يساره إذا كان ذلك قريبا يستتر بها , قال : وكذلك إذا كانت أمامه فيتقدم إليها ، ما لم يكن ذلك بعيدا , قال : وكذلك إذا كان ذلك وراءه فلا بأس أن يتقهقر إذا كان ذلك قليلا , قال : وإن كانت سارية بعيدة منه فليصل مكانه ، وليدرأ ما يمر بين يديه ما استطاع " انتهى .

Jika seseorang makmum dibelakang imam dan ia luput beberapa raka'at dari shalatnya, maka apabila imam selesai shalat dan sementara tiang ada disebelah kanan atau kirinya, maka tidak mengapa ia mundur kebelakang ke tiang dari ebelah kanannya atau kirinya, jika tiang tersebut dekat yang dia akan jadikan sutrah dengannya, 

dan demikian pula jika tiang didepannya, maka ia maju, selama tiang itu tidak jauh.

dan demikian pula jika hal tersebut dibelakangnya, maka tidak mengapa ia mundur sedikit.

dan jika tiangnya jauh darinya, maka hendaknya ia shalat pada tempatnya dan ia mencegah apa yang lewat didepannya sesuai dengan kemampuan.

📚Lihat dalam kitab Al Mudawwanah 1/202.

⭕Dan perlu diketahui bahwa kemaslahatan shalat dengan menjadikan sutrah didepannya atau mendekati kepada sutrah adalah : 

 تمنع المرور بين يديه , وتمكنه من الخشوع في أفعال الصلاة 

Sutrah akan menghalangi orang orang yang lalu dihadapannya dan membuatnya untuk lebih kuat menghadirkan kekhusyuan pada gerakan gerakan sholat.

Dan itu berdasarkan apa yang telah datang dari abu said Al Khudri Radhiallahu Anhu bahwa nabi shalallahu alaihi wa salam bersabda: 

 إذا صلى أحدكم فليصل إلى سترة , وليدن منها , ولا يدع أحدا يمر بين يديه 

Jika salah seorang diantara kalian shalat, maka shalatlah menghadap ke sutrah dan hendaklah ia mendekatinya dan jangan ia membiarkan seorang pun melewati dihadapannya.

Dan juga Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda 

  ليستتر أحدكم في صلاته ولو بسهم 
Hendaklah salah seorang diantara kalian menjadikan sutrah dalam shalatnya walaupun 
hanya dengan anak panah. 

dan ini mencakup shalat Sunnah dan wajib

Dan maksud dari sutrah adalah : 

 كف بصر المصلي عما وراءها , وجمع الخاطر بربط خياله كي لا ينتشر , ومنع المار كي لا يرتكب الإثم بالمرور بين يديه 

Menahan pandangan orang yang shalat dari apa apa yang ada di belakang sutrah, dan membantu terpusatkan konsentrasi dengan terikatnya khayalannya agar tidak ke mana mana, dan untuk pencegahan akan orang yang lewat agar ia tidak melakukan dosa dengan lewat dihadapan orang yang shalat.

📚Lihat Al Mau'suah al fiqhiyyah 24/177

⭕Sekarang apa dalilnya, akan bolehnya seseorang berjalan beberapa langkah demi mendekati sutrah atau mencari sutrah baru sementara pertengahan shalat ?

Dari bnu Abbas radhiallabu 'anhu :

أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يصلي فمرت شاة بين يديه فساعاها إلى القبلة حتى ألزق بطنه بالقبلة

“ Bahwasanya Nabi Muhammad shallaahu 'alaihi wasallam sedang sholat, tiba-tiba lewat seekor kambing di depannya, maka beliau segera bergerak menuju kiblat mendahului kambing tersebut, sehingga beliau menempelkan perutnya ke kiblat ( Hadist Shohih Riwayat Ibnu Huzaimah)

Dan juga rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda dari Abdullah Bin 'Amr ia berkata : 

هبَطنا معَ رسولِ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ من ثنيَّةِ أذاخِرَ فحضرتِ الصَّلاةُ - يعني فصلَّى إلى جدارٍ - فاتَّخذَهُ قِبلةً ونحنُ خلفَهُ فجاءت بَهمةٌ تمرُّ بينَ يديهِ فما زالَ يُدارئُها حتَّى لصِقَ بطنَهُ بالجدارِ ومرَّت من ورائِهِ

Dan kami dalam safar dan turun pada suatu tempat bersama dengan rasulullah shalallahu alaihi wasallam pada suatu tempat antara Makkah dan Madinah yakni jalan pada sebuah gunung, kemudian masuk waktu shalat, maka Nabi shalallahu alaihi wasallam shalat bersama dengan para sahabat menghadap ke tembok, dan menjadikannya sebagai kiblat dan sutrah dan para sahabat dibelakangnya beliau, maka tiba tiba datang seekor anak kambing yang ingin melewati dihadapannya, maka Nabi terus berusaha mencegahnya dan menghalanginya sampai Nabi shalallahi alaihi wasallam menempelkan perutnya ke dinding hingga kambing tersebut lewat dibelakang beliau. (HR Abu Dawud no 708 dan Al Baihaqi dan dihasankan oleh Allamah Al Albany)

🖋️Berkata Syaikhuna Al Faqih Abu Hamzah Hasan Basy Syuaib hafidzahullah ketika ditanya tentang dalil akan bolehnya seorang berjalan beberapa langkah yang sedikit demi mendekati atau mencari sutrah dalam keadaan shalat 

فعل النبي صلى الله عليه وسلم حين ساعى الشاة لمّا أرادت أن تمر بين يديه وهو يصلي حتى ألصق بطنه بالجدار ومرّت الشاة خلف ظهره ثم رجع إلى مقامه
فهذا مشي في الصلاة لمصلحتها
وكذلك المشي إلى السترة

Perbuatan Nabi shalallahu alaihi wasallam di saat beliau segera menuju ke tembok sampai beliau menempelkan perutnya ketembok ,ketika seekor kambing mau melewati dihadapan beliau, yang akhirnya kambing tersebut lewat dibelakang beliau, kemudian beliau kembali kepada posisi tempatnya semula, 

maka ini beliau melangkah beberapa langkah dalam shalat demi maslahat shalat, demikian juga berjalan beberapa langkah menuju atau mendekati sutrah..

📚 Selesai penukilan dalam fatwa beliau

📒Soal yang kami ajukan pada ulama Yaman..

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

احسن الله إليك يا شيخنا 

المأموم إذا فاتته ركعة وسلم الإمام هل يحوز له ان يمشي بعض خطوات من أجل السترة القريبة منه؟

ماذا نجيب لمن يقول على ان المأموم فى ذلك الحال لا يتحرك او يتخذ سترة لأنه لم يرد اتخاذ السترة فى اثناء الصلاة وإنما تتخذ السترة قبل البدء فى الصلاة ؟؟؟

Assalamualaikum warahmatullahi wa baraktuh .

Ahsanallahu ilaika Ya syaikhana .

Makmum jika luput dari rakaat dan imam telah salam, apakah boleh baginya untuk berjalan beberapa langkah demi sutrah yang dekat darinya?

dan apa yang kita jawab terhadap orang yang mengatakan, bahwa makmum pada kondisi seperti itu jangan ia bergerak atau mengambil sutrah, sebab tidak datang dari nash tentang mengambil atau menjadikan sutrah pertengahan shalat, dan yang hanya datang nash adalah menjadikan sutrah sebelum permulaan shalat ?

🖋️ Jawaban Syaikhuna Fathul Qadasi hafidzahullah : 

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته 

إذا كان الرجل مسبوقا والمسبوق هو المأموم الذي فاتته بعض الركعات مع إمامه، فٱذا صلى  الإمام وقام المأموم فلا حرج ان يتقدم خطوة او خطوتين لأجل السترة او ان يرجع الى يمين او شمال او الى خلف من اجل السترة كل ذلك فلا حرج فيه.وقد ثبت عن النبي صلى الله عليه وسلم انه يتحرك من اجل مصلحة الصلاة بل ولغير ذلك من العمل الذي يبيحه من الأشياء التى تكون من العمل المباح فى الصلاة فلا حرج فى ذلك وأما قول من قال ان اتخاذ السترة يكون من قبل، نعم هذا من قبل للإمام او للمنفرد ، أما للمأموم فإن سترة الإمام سترة له، طيب فإذا كان الأمر كذلك فإذا انصرف امامه وسلم الإمام وقام هذا الماموم صار هذا الماموم منفردا فاذا صار منفردا فيشرع له أن يتخذ السترة بان يتقدم البها او يرجع الى يمين او شمال وهذه الفتوى الإمام مالك بن انس  كما فى المدونة

Wa Alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.

Jika seseorang lelaki masbuk yakni makmum yang luput dari sebagian raka'at bersama imam, maka jika imam telah selesai shalat dan makmum berdiri untuk menyempurnakan, maka tidak ada dosa baginya untuk dia maju selangkah atau dua langkah dengan maksud mendekat atau mencari sutrah atau mundur ke kanan atau ke kiri atau kebelakang dengan maksud sutrah, semua hal tersebut tidak ada dosa didalamnya dan telah shahih dari Nabi shalallahu alaihi wasallam beliau bergerak dengan maksud maslahat shalat, bahkan selain itu dari amalan yang dibolehkan dari sesuatu amalan yang mubah.

Adapun pendapat yang mengatakan bahwa sutrah dijadikan pada saat permulaan sebelum shalat dimulai, na'am itu dari sisi ketika seorang menjadi imam shalat atau ketika orang yang shalat sendirian.

Adapun makmum, maka sutrahnya imam adalah juga merupakan sutrahnya makmum, maka jika perkaranya seperti demikian, dan imam telah selesai salam  dan makmum tersebut berdiri untuk menyempurnakan shalat, maka posisinya sekarang menjadi munfarid (orang yang shalat sendirian) dan jika telah menjadi munfarid, maka disyariatkan untuknya mengambil sutrah dengan ia maju menuju sutrah atau mundur ke arah kanan atau kiri dan inilah fatwa Imam Malik Bin Anas sebagaimana dalam kitab Al Mudawwanah 

🖋️ Berkata Syaikhuna Abdurrahman Asy syamiry hafidzahullah : 

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته

يجوز ان يمشي ببعض الخطوات اليسيرة من اجل اتخاذ السترة، و الرسول يقول لا تصلوا الا إلى السترة هذا عام فى بدء الصلاة او اثناء الصلاة

wa Alaikum salam warahmatullahi wabaraktuh .

Boleh baginya untuk berjalan beberapa langkah yang sedikit dengan maksud mengambil sutrah, dan rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda: 

Janganlah kalian shalat kecuali dengan menghadap sutrah, hadits ini umum, sama saja pada sebelum permulaan shalat atau pertengahan shalat.

🖋️Jawaban Syaikhuna Abdul Ghani Al Umary hafidzahulah : 

إذا كانت قريبا فنعم والنبي صلى الله عليه وسلم يقول إذا صلى احدكم إلى السترة فليدن منها هذا من السنة والى هذا ذهب الإمام مالك وغيره

Dan jika sutrah itu dekat, maka ia maju mendekati sutrah, Dan Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda ; jika salah seorang diantara kalian sholat kepada sutrah, maka hendaklah mendekatinya, dan ini merupakan Sunnah dan atas hal inilah imam Malik berpendapat dengannya.

📚Selesai penukilan

Dan juga jawaban Syaikhuna Al faqih Abu Hamzah Hasan Basy syuaib hafidzahullah ketika beliau di tanya : 

Seorang makmum jika ia luput satu raka'at dan imam telah salam, apakah baginya bergerak melangkah menuju sutrah yang dekat darinya atau tidak?

📩🔸الاجــــابة :

نعم يشرع له التحرك إلى السترة إذا كانت قريبة منه

Jawaban: 

Iya, disyariatkan baginya untuk bergerak menuju sutrah jika sutrah itu dekat darinya.

Dan beliau juga mengatakan: 


📩🔸الاجــــابة :

إذا كان هناك سترة قريبة منك عن يمينك أو يسارك أو أمامك فلا بأس بأن تمشي إليها خطوات
أما إذا كانت بعيدة فلا يجوز

Dan jika di sana ada sutrah yang dekat darimu, apakah disebelah kananmu atau kirimi atau depanmu, maka tidak mengapa kamu berjalan menuju sutrah beberapa langkah.

adapun jika sutrah tersebut jauh, maka tidak boleh.

📚 Selesai penukilan dari fatwa beliau.

✍🏻 Disusun : 

Abu Hanan As-Suhaily

4  dzul hijjah 1445 - 10 Juni 2024



Telegram: ilmui here
share #free, without #logo, without asking #donation, without #foundation

Post a Comment

0 Comments