KEIKHLASAN DALAM DA'WAH

๐Ÿ“šKEIKHLASAN DALAM DA'WAH๐Ÿ“š

Alloh ta'ala berkata:

ู„َู‚َุฏْ ูƒَุงู†َ ูِู‰ ู‚َุตَุตِู‡ِู…ْ ุนِุจْุฑَุฉٌ ู„ِّุฃُูˆู۟„ِู‰ ูฑู„ْุฃَู„ْุจَٰุจِ ۗ ู…َุง ูƒَุงู†َ ุญَุฏِูŠุซًุง ูŠُูْุชَุฑَู‰ٰ ูˆَู„َٰูƒِู† ุชَุตْุฏِูŠู‚َ ูฑู„َّุฐِู‰ ุจَูŠْู†َ ูŠَุฏَูŠْู‡ِ ูˆَุชَูْุตِูŠู„َ ูƒُู„ِّ ุดَู‰ْุกٍ ูˆَู‡ُุฏًู‰ ูˆَุฑَุญْู…َุฉً ู„ِّู‚َูˆْู…ٍ ูŠُุคْู…ِู†ُูˆู†َ.

Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai kecerdasan. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (QS. Yusuf: 111)

Berkata Syaikh Ibnu Nashir Assa'dy rohimahulloh ta'ala:

ูˆู…ู†ู‡ุง: ุฃู†ู‡ ูŠู†ุจุบูŠ ูˆูŠุชุฃูƒุฏ ุนู„ู‰ ุงู„ู…ุนู„ู… ุงุณุชุนู…ุงู„ ุงู„ุฅุฎู„ุงุต ุงู„ุชุงู… ููŠ ุชุนู„ูŠู…ู‡ ูˆุฃู† ู„ุง ูŠุฌุนู„ ุชุนู„ูŠู…ู‡ ูˆุณูŠู„ุฉ ู„ู…ุนุงูˆุถุฉ ุฃุญุฏ ููŠ ู…ุงู„ ุฃูˆ ุฌุงู‡ ุฃูˆ ู†ูุน، ูˆุฃู† ู„ุง ูŠู…ุชู†ุน ู…ู† ุงู„ุชุนู„ูŠู…، ุฃูˆ ู„ุง ูŠู†ุตุญ ููŠู‡، ุฅุฐุง ู„ู… ูŠูุนู„ ุงู„ุณุงุฆู„ ู…ุง ูƒู„ูู‡ ุจู‡ ุงู„ู…ุนู„ู…، ูุฅู† ูŠูˆุณู ุนู„ูŠู‡ ุงู„ุณู„ุงู… ู‚ุฏ ู‚ุงู„، ูˆูˆุตู‰ ุฃุญุฏ ุงู„ูุชูŠูŠู† ุฃู† ูŠุฐูƒุฑู‡ ุนู†ุฏ ุฑุจู‡، ูู„ู… ูŠุฐูƒุฑู‡ ูˆู†ุณูŠ، ูู„ู…ุง ุจุฏุช ุญุงุฌุชู‡ู… ุฅู„ู‰ ุณุคุงู„ ูŠูˆุณู ุฃุฑุณู„ูˆุง ุฐู„ูƒ ุงู„ูุชู‰، ูˆุฌุงุกู‡ ุณุงุฆู„ุง ู…ุณุชูุชูŠุง ุนู† ุชู„ูƒ ุงู„ุฑุคูŠุง، ูู„ู… ูŠุนู†ูู‡ ูŠูˆุณู، ูˆู„ุง ูˆุจุฎู‡، ู„ุชุฑูƒู‡ ุฐูƒุฑู‡ ุจู„ ุฃุฌุงุจู‡ ุนู† ุณุคุงู„ู‡ ุฌูˆุงุจุง ุชุงู…ุง ู…ู† ูƒู„ ูˆุฌู‡.

Diantara pelajaran darinya (kisah Nabi Yusuf): adalah bahwa seharusnya dan selayaknya seorang alim menerapkan keikhlasan sepenuhnya dalam pengajarannya dan tidak menjadikan pengajaran sebagai alat untuk kompensasi salah satu dari kekayaan, kedudukan, atau keuntungan. Dan agar hal itu tidak menahannya dari memberikan pengajaran atau nasehat jika penanya tidak melakukan apa yang telah diamanahkan oleh pengajar. Seperti yang dilakukan oleh Nabi Yusuf alaihissalaam, ketika beliau menyarankan kepada seorang pemuda untuk mengingatkan dirinya kepada tuannya, dan kemudian pemuda itu lupa, lalu ketika mereka mengirim pemuda itu kembali untuk bertanya kepada Yusuf, dia mendatangi Yusuf sebagai penanya yang meminta fatwa tentang mimpi. Yusuf tidak marah atau menghukum pemuda itu karena dia melupakan amanahnya, malah dia menjawab pertanyaannya dengan jawaban yang sempurna dari setiap sisi.

๐Ÿ“– Tafsir Assa'dy, halaman 407

๐Ÿ“Penerjemah: Abu Ibrohim Saiid AlMakassary
Telegram:
@ilmui: https://t.me/ilmui

Komentar