Berkata Alloh ta'ala:
مَا عِندَكُمْ يَنفَدُ ۖ وَمَا عِندَ ٱللَّهِ بَاقٍ ۗ وَلَنَجْزِيَنَّ ٱلَّذِينَ صَبَرُوٓا۟ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (An Nahl 16:96)
Berkata Syaikh Ibnu Nashir Assa'dy rohimahulloh ta'ala:
فآثروا ما يبقى على ما يفنى فإن الذي عندكم ولو كثر جدا لا بد أن {يَنْفَدُ} ويفنى، {وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاقٍ} ببقائه لا يفنى ولا يزول، فليس بعاقل من آثر الفاني الخسيس على الباقي النفيس وهذا كقوله تعالى: {بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا * وَالآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى} {وَمَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ لِلأبْرَارِ} وفي هذا الحث والترغيب على الزهد في الدنيا خصوصا الزهد المتعين وهو الزهد فيما يكون ضررا على العبد ويوجب له الاشتغال عما أوجب الله عليه وتقديمه على حق الله فإن هذا الزهد واجب
ومن الدواعي للزهد أن يقابل العبد لذات الدنيا وشهواتها بخيرات الآخرة فإنه يجد من الفرق والتفاوت ما يدعوه إلى إيثار أعلى الأمرين وليس الزهد الممدوح هو الانقطاع للعبادات القاصرة كالصلاة والصيام والذكر ونحوها بل لا يكون العبد زاهدا زهدا صحيحا حتى يقوم بما يقدر عليه من الأوامر الشرعية الظاهرة والباطنة ومن الدعوة إلى الله وإلى دينه بالقول والفعل فالزهد الحقيقي هو الزهد فيما لا ينفع في الدين والدنيا والرغبة والسعي في كل ما ينفع.
{وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِينَ صَبَرُوا} على طاعة الله وعن معصيته وفطموا نفوسهم عن الشهوات الدنيوية المضرة يدينهم {أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ} الحسنة بعشر أمثالها إلى سبعمائة ضعف إلى أضعاف كثيرة فإن الله لا يضيع أجر من أحسن عملا.
Maka mereka lebih memilih apa yang tetap daripada apa yang lenyap, karena apa yang ada pada kalian, meskipun sangat banyak, pasti akan habis dan lenyap, dan apa yang ada di sisi Alloh tetap dengan kekekalan-Nya, tidak akan lenyap dan tidak akan hilang, maka tidak ada orang yang berakal yang lebih memilih yang fana lagi hina daripada yang tetap lagi mulia dan ini seperti perkataanNya: "Tetapi kamu lebih mengutamakan kehidupan dunia. Padahal akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.", "Dan apa yang ada di sisi Alloh itu lebih baik bagi orang-orang yang berbuat baik." Dan dalam hal ini ada dorongan dan anjuran untuk zuhud dalam dunia, terutama zuhud yang wajib, yaitu zuhud terhadap hal-hal yang merugikan hamba dan menyibukkannya dari apa yang Alloh wajibkan atasnya sehingga dia mendahulukannya atas hak Alloh, maka zuhud terhadap ini wajib.
Dan diantara sebab yang mengajak untuk zuhud adalah hamba membandingkan kelezatan dunia dan syahwatnya dengan kebaikan-kebaikan akhirat, maka ia akan menemukan perbedaan dan level yang akan mendorongnya untuk mengutamakan yang paling tinggi (yaitu akhirat) dari kedua hal itu. Dan zuhud yang dipuji bukanlah meninggalkan ibadah-ibadah yang terbatas seperti sholat, puasa, dzikir dan sebagainya, tetapi hamba tidak akan menjadi zuhud yang benar sampai ia melaksanakan apa yang mampu ia lakukan dari perintah-perintah syari'at yang lahir dan batin, dan dari dakwah kepada Alloh dan agama-Nya dengan ucapan dan perbuatan. Maka zuhud yang sebenarnya adalah zuhud terhadap hal-hal yang tidak bermanfaat dalam agama dan dunia, dan (tetap) berkeinginan dan berusaha dalam segala hal yang bermanfaat.
"Dan sesungguhnya Kami akan memberikan pahala kepada orang-orang yang sabar," atas ketaatan kepada Alloh dan menjauhi kemaksiatan-Nya dan menahan dirinya dari syahwat-syahwat dunia yang merugikan agama mereka, "pahala mereka dengan lebih baik dari apa yang mereka kerjakan." Kebaikan dengan sepuluh kali lipatnya hingga tujuh ratus kali lipat, hingga lipat ganda yang banyak (di akhirat), karena sesungguhnya Alloh tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik.
📖 Tafsir As-Sa'di = Taysir Al-Karim Ar-Rahman, halaman 448
Telegram:
0 Comments