Advertisement

HUKUM UPACARA BENDERA

 💡 HUKUM UPACARA BENDERA 💡


Syaikh Al-Albany rohimahulloh ditanya:


 ما حكم الوقوف أمام العلم؟ وما حكم الكف عن الحركة والانتصاب للعلم عند النشيد الوطني؟


Apa hukum berdiri di depan bendera? Dan apa hukum berhenti bergerak dan berdiri tegak untuk bendera saat lagu kebangsaan diputar?


Beliau menjawab:


 هذه -لا شك- من التقاليد الأوروبية الكافرة، وقد نهينا عن تقليدهم بمناهي عامة وخاصة، ولا يجوز لأي دولة مسلمة حقاً أن تتبنى شيئاً من تقاليد الكفار، لكن الأمر يعود إلى من كان له الخيرة في ألا يسمح بذلك، ولا شك أن الحاكم المسلم الذي ليس فوقه حاكم في الدنيا، هو الذي يستطيع أن يغير ويبدل هذه التقاليد والعادات الكافرة بتقاليد وعادات إسلامية، أما من كان موظفاً أو كان جندياً، ولا يستطيع إلا أن يتبع هذا النظام المنحرف عن الإسلام، فهذا يُظْهِرُ مراتبَ الناسِ، على حد قوله عليه السلام: (من رأى منكم منكراً فليغيره بيده، فإن لم يستطع فبلسانه، فإن لم يستطع فبقلبه، وذلك أضعف الإيمان) فنحن نعلم أن مثل هذه المشاكل يقع الشيء الكثير منها في بعض البلاد الإسلامية؛ لأنها أمور -كما قلنا- تقاليد أجنبية.

مثلاً: في بعض الدول العربية الإسلامية لا يسمح للجندي أن يلتحي، فالناس على هذه المراتب التي جاء ذكرها في الحديث، أكثر الناس اليوم عندما يدخلون الجندية يحلقون لحاهم هكذا النظام، وبعضهم لا يحلقها وإنما هم يحلقونها رغم أنفه، وبعض آخر -وهذا قليل جداً، وله أمثلة هنا في الأردن وفي سوريا - يصمد ويصبر ويلقى العذاب والسجن إلخ، ثم ينصره الله عز وجل، فتراه جندياً ملتحياً، بينما الألوف المؤلفة بدون لحى، فإذاً القضية لها علاقة بقوة الإيمان في المكلف، هذا الذي يكلف بأن يحييّ العَلَم هذه التحية غير الإسلامية بلا شك أنه يستطيع ألا يحيي، لكنه يعلم أن أمامه السجن والتعذيب، وربما أشياء أخرى لا نعرفها، فالمؤمن القوي الإيمان يصبر، ثم ما يكون بعد الصبر إلا النصر كما وعد الله عز وجل المؤمنين، ولا يسع آخرين -لا يصبرون هذا الصبر- إلا أن يحيوا العلم وقلوبهم منكرة لهذه التحية، وهكذا يجب أن نعلم أن هذا منكر، وأن الذي يضطر إلى القيام به على الأقلَّ ينكره بقلبه؛ لأنه (ليس وراء ذلك ذرة من إيمان) كما هو معلوم في بعض روايات الحديث الصحيحة.

السائل: وهل مجرد الانتصاب أمام العلم يخل بالتوحيد؟ الجواب: نعم، يخل بالإسلام والشريعة والآداب الإسلامية {يَوْمَ يَقُومُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ} [المطففين:6] هذا تعظيم أشبه بتعظيم الأصنام؛ لأن هذا العلم عبارة عن قطعة قماش، لكن هو التقليد الأوروبي الأعمى مع الأسف الشديد!!

[ناصر الدين الألباني ,دروس للشيخ الألباني ,٧/٢٣]


Tidak diragukan lagi, ini adalah salah satu tradisi Eropa yang kafir, dan kita dilarang meniru mereka dengan larangan umum dan khusus. Tidak diperbolehkan bagi negara Muslim yang benar-benar menjalankan Islam untuk mengadopsi tradisi orang kafir. Namun, hal ini kembali kepada mereka yang memiliki kekuasaan untuk tidak mengizinkannya. Tidak diragukan lagi bahwa penguasa Muslim, yang tidak ada lagi penguasa di atasnya di dunia ini (pemimpin negara), adalah orang yang bisa mengubah dan mengganti tradisi dan kebiasaan kafir ini dengan tradisi dan kebiasaan Islami.


Adapun bagi mereka yang bekerja sebagai pegawai atau tentara dan tidak memiliki pilihan selain mengikuti sistem yang menyimpang dari Islam ini, maka ini menunjukkan tingkatan-tingkatan (keimanan) manusia, sebagaimana sabda Nabi ﷺ: "Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan lisannya; dan jika tidak mampu, maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemahnya iman." Kita tahu bahwa masalah seperti ini sering terjadi di beberapa negara Islam, karena ini adalah perkara taklid kepada tradisi asing, seperti yang telah kita katakan.


Misalnya, di beberapa negara Arab Islam, tentara tidak diperbolehkan memelihara janggut. Orang-orang berada pada tingkatan yang disebutkan dalam hadits: sebagian besar orang hari ini ketika masuk militer mencukur janggut mereka karena begitulah sistemnya. Beberapa dari mereka tidak mencukurnya, tetapi mereka dipaksa mencukurnya, dan sebagian lainnya - dan ini sangat sedikit, dengan contoh di Yordania dan Suriah - bertahan dan bersabar, menanggung siksaan dan penjara, dll., lalu Alloh memberi mereka kemenangan, sehingga mereka tetap menjadi tentara yang berjanggut, sementara ribuan lainnya tanpa janggut. Jadi, masalah ini terkait dengan kekuatan iman dalam diri orang sesuai kemampuannya. Orang yang diberi tugas untuk menghormati bendera dengan penghormatan yang tidak Islami ini, tidak diragukan lagi bisa menolak untuk melakukannya, tetapi dia tahu bahwa di hadapannya ada penjara dan penyiksaan, serta mungkin hal-hal lain yang tidak kita ketahui.


Orang yang beriman dengan keimanan yang kuat akan bersabar, dan setelah kesabaran tidak ada yang lain selain kemenangan, seperti yang dijanjikan Alloh kepada orang-orang beriman. Dan bagi orang lain yang tidak dapat bersabar, mereka terpaksa menghormati bendera, meskipun hati mereka mengingkari penghormatan tersebut. Maka, kita harus mengetahui bahwa ini adalah kemungkaran, dan bagi siapa saja yang terpaksa melakukannya, setidaknya harus mengingkarinya dalam hatinya, karena "tidak ada lagi keimanan setelah itu, bahkan sebiji zarah pun," seperti yang diketahui dalam beberapa riwayat hadits yang shohih.


Pertanyaan: Apakah sekadar berdiri di depan bendera merusak tauhid?


Jawaban: Ya, ini merusak Islam dan syariah serta adab-adab Islami.

 {يَوْمَ يَقُومُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ}

 "hari manusia berdiri untuk Robb alam semesta" [Al-Mutaffifin: 6]. 

Ini adalah bentuk pengagungan yang mirip dengan pengagungan berhala, karena bendera ini hanya selembar kain. Namun, ini adalah taklid (peniruan buta) terhadap tradisi Eropa yang sangat disayangkan!!


📚Durus lissyaikh Alalbany: 7/23

Telegram: ilmui

WA: ILMUI

#share_gratis, #tanpa_logo, #tanpa_minta_donasi, #tanpa_yayasan

HUKUM UPACARA BENDERA


Twitter X: ilmuisl

https://il-mui.blogspot.com

#free_share, #without_logo, #without_asking_donation, #without_foundation


Post a Comment

0 Comments