Advertisement

NIKMAT DAN SYUKUR

بسم الله الرحمٰن الرحيم 

🌏 NIKMAT DAN SYUKUR 🌍

Berkata Syaikhul Islam ibnu Taymiyah rohimahulloh:

وقال تعالى: {وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ} [إبراهيم: 34]، فذكر أن الإنسان ظلومٌ كَفَّار، فلا يشكر نعمَه التي لا تحصى.
فبيَّن أن الشكر من النور والإيمان، وضدُّه من الظلمة والكفر، وذلك لأن الشكر أصلُه هو الاعترافُ بإنعام المُنعِم على وجه الخضوع، فمن لم يعرف النعمة بل كان جاهلًا لها فهو في ظلمة الجهل، ومن عرفها ولم يعرف المُنعِم بها كان كذلك، ومن عرف النعمة والمُنعِم بها لكن جَحَدها كما يجحد المتكبِّرُ نعمة المُنعِم عليه فقد كَفَرها، وإن أقرَّ بها واعترف بها فهو أوَّل الشكر.
فلا بدَّ في ذلك من علم القلب وعملٍ يتبعُ العلم، وهو الميلُ إلى المُنعِم ومحبَّته والخضوع له، كما في الحديث الذي رواه البخاريُّ عن شدَّاد بن أوسٍ قال: قال رسول الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «سيد الاستغفار أن يقول العبد: اللهم أنت ربي لا إله إلا أنت، خلقتني وأنا عبدُك، وأنا على عهدك ووعدك ما استطعت، أعوذ بك من شرِّ ما صنعت، أبوء لكبنعمتك عليَّ، وأبوء بذنبي».
[ابن تيمية ,جامع المسائل لابن تيمية ط عالم الفوائد - المجموعة التاسعة ,1/380]وقال تعالى: {وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ} [إبراهيم: 34]، فذكر أن الإنسان ظلومٌ كَفَّار، فلا يشكر نعمَه التي لا تحصى.

فبيَّن أن الشكر من النور والإيمان، وضدُّه من الظلمة والكفر، وذلك لأن الشكر أصلُه هو الاعترافُ بإنعام المُنعِم على وجه الخضوع، فمن لم يعرف النعمة بل كان جاهلًا لها فهو في ظلمة الجهل، ومن عرفها ولم يعرف المُنعِم بها كان كذلك، ومن عرف النعمة والمُنعِم بها لكن جَحَدها كما يجحد المتكبِّرُ نعمة المُنعِم عليه فقد كَفَرها، وإن أقرَّ بها واعترف بها فهو أوَّل الشكر.

فلا بدَّ في ذلك من علم القلب وعملٍ يتبعُ العلم، وهو الميلُ إلى المُنعِم ومحبَّته والخضوع له، كما في الحديث الذي رواه البخاريُّ عن شدَّاد بن أوسٍ قال: قال رسول الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «سيد الاستغفار أن يقول العبد: اللهم أنت ربي لا إله إلا أنت، خلقتني وأنا عبدُك، وأنا على عهدك ووعدك ما استطعت، أعوذ بك من شرِّ ما صنعت، أبوء لك بنعمتك عليَّ، وأبوء بذنبي».
فإن قوله: «أبوء لك بنعمتك عليَّ» يتضمَّنُ الإقرار والإنابة إلى الله بالعبودية؛ لأن المَبَاءة هي ما يَبُوء إليها الشخص، أي يرجعُ إليها رجوعَ مستقِرٍّ؛ فإن المَبَاءة هي المُستَقَرُّ، ولهذا قال صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «من كذب عليَّ متعمدًا فليبوَّأ مقعدَه من النار»، أي ليتَّخِذْ مقعدَه مباءةً، فيلزمُه ويستقرُّ فيه، ليس بمنزلة المنزل الذي ينزلُ به ويرحلُ عنه.

فالعبد يبوء إلى الله عزَّ وجلَّ بنعمه عليه، ويبوء بذنبه، فرجع إليه بالاعتراف بهذا وبهذا رجوعَ مطمئنٍّ إلى ربه منيبٍ إليه، ليس رجوع من أقبل إليه ثم أعرض عنه، بل رجوع من لا يُعرِض عن ربه، بل لا يزال مقبلًا عليه؛ إذ كان لا بدَّ له منه، فهو معبودُه، وهو مستعانُه، لا صلاح له إلا بعبادته، وإن لم يكن معبودَه هَلَك وفَسَد، ولا يمكنُ أن يعبده إلا بإعانته له، فلا مندوحة له عن هذا وهذا البتة.

Allah Ta'ala berfirman:
"Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)." [Ibrahim: 34].

Maka Allah menyebut bahwa manusia itu zhalūm (sangat zalim) dan kaffār (sangat ingkar), ia tidak bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya yang tak terhitung.

Allah menjelaskan bahwa syukur termasuk cahaya dan iman, sedangkan lawannya berasal dari kegelapan dan kekufuran. Hal itu karena hakikat syukur adalah pengakuan atas pemberian nikmat dari Dzat yang memberi nikmat dengan sikap tunduk (khudhuʿ). Maka siapa yang tidak mengenal nikmat tersebut, bahkan ia jahil terhadapnya, maka ia berada dalam kegelapan kebodohan. Dan siapa yang mengenali nikmat namun tidak mengenal siapa yang memberikannya, maka ia juga demikian. Dan siapa yang mengenal nikmat dan Dzat yang memberinya namun mengingkarinya, sebagaimana orang yang sombong mengingkari nikmat pemberi nikmat, maka sungguh ia telah mengkufurinya. Namun jika ia mengakui dan mengikrarkan nikmat tersebut, maka itulah permulaan syukur.

Oleh karena itu, harus ada ilmu dalam hati dan amal yang mengikuti ilmu tersebut, yaitu kecenderungan hati kepada Dzat yang memberi nikmat, mencintai-Nya, dan tunduk kepada-Nya. Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Syaddad bin Aus, ia berkata:
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sayyidul-istighfar (pemimpin istighfar) adalah seorang hamba mengucapkan:
'Ya Allah, Engkau adalah Rabb-ku, tidak ada ilah (yang haq) selain Engkau, Engkaulah yang menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu, dan aku berada di atas janji-Mu dan perjanjian-Mu sesuai kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan perbuatanku. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku.'"

Maka sabdanya: "Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku" mengandung pengakuan dan kembalinya hamba kepada Allah dalam penghambaan, karena al-mabāʾah (kata kerja abūʾu, 'aku mengakui') adalah tempat kembali seseorang, yaitu tempat seseorang kembali secara menetap; sebab mabāʾah adalah tempat tetap. Oleh karena itu Nabi ﷺ bersabda:
"Barang siapa berdusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaklah ia menempati tempat duduknya di neraka."
Maksudnya: jadikanlah tempat duduknya itu sebagai mabāʾah (tempat kembali), lalu ia menetap dan tinggal di dalamnya. Tempat itu bukan seperti tempat yang hanya disinggahi lalu pergi, tetapi tempat tinggal tetap.

Maka seorang hamba kembali kepada Allah Azza wa Jalla dengan mengakui nikmat-nikmat-Nya atas dirinya, dan ia juga kembali kepada-Nya dengan mengakui dosa-dosanya. Ia kembali dengan pengakuan terhadap kedua hal tersebut sebagai bentuk kembali yang penuh ketenangan kepada Rabb-nya, dan bersungguh-sungguh menghadap kepada-Nya. Ia bukan kembali kepada-Nya lalu berpaling lagi, melainkan ia kembali dengan tidak berpaling sedikit pun dari Rabb-nya, bahkan ia senantiasa menghadapkan dirinya kepada-Nya; karena ia pasti butuh kepada-Nya. Dialah yang disembahnya, dan kepada-Nyalah ia meminta pertolongan. Tidak ada kebaikan baginya kecuali dengan menyembah-Nya. Bila Dia tidak menjadi sesembahannya, maka ia (hamba itu) akan binasa dan rusak. Dan tidak mungkin hamba itu bisa menyembah-Nya kecuali dengan bantuan dari-Nya. Maka ia tidak bisa lepas dari kedua hal ini sama sekali.

📚 Jāmiʿul-Masāʾil, jilid 9, hlm. 380–381

#share_gratis, #tanpa_logo, #tanpa_minta_donasi, #tanpa_yayasan
#nikmat #syukur

Post a Comment

0 Comments