🌼 ALLOH Ta'ala SESUAI PERSANGKAAN HAMBANYA 🌼
Berkata Imam AlBukhory dan Imam Muslim rohimahumalloh:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
" يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي، وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا، وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً "
Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu 'anhu, ia berkata bahwa Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Alloh Ta'ala berkata: Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku terhadap-Ku. Dan Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di hadapan orang banyak, maka Aku akan mengingatnya di hadapan kelompok yang lebih baik dari mereka. Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku akan mendekat kepadanya sedepa. Dan jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan, Aku akan datang kepadanya dengan berlari.” (Muttafaqun 'alaihi)
Berkata Ibnul Utsaimin rohimahulloh:
أنا عند ظن عبدي بي: يعني أن الله عند ظن عبده به؛ إن ظن به خيراً فله، وإن ظن به سوى ذلك فله، ولكن متى يحسن الظن بالله عز وجل؟
يحسن الظن بالله إذا فعل ما يوجب فضل الله ورجاءه، فيعمل الصالحات ويحسن الظن بأن الله تعالى يقبله، أما أن يحسن الطن وهو لا يعمل؛ فهذا من باب التمني على الله، ومن أتبع نفسه هواها وتمنى على الله الأماني فهو عاجز.
حسن الظن بأن يوجد من الإنسان عمل يقتضي حسن الظن بالله عز وجل، فمثلاً إذا صليت أحسن الظن بالله بأن الله يقبلها منك، إذا صمت فكذلك، إذا تصدقت فكذلك، إذا عملت عملاً صالحاً أحسن الظن بأن الله تعالى يقبل منك، أما أن تحسن الظن بالله مع مبارزتك له بالعصيان فهذا دأب العاجزين الذين ليس عندهم رأس مالٍ يرجعون إليه.
ثم ذكر أن الله سبحانه وتعالى أكرم من عبده، فإذا تقرب الإنسان إلى الله شبراً؛ تقرب الله منه ذراعاً، وإن تقرب منه ذراعا ً، تقرب منه باعاً، وإن أتاه يمشي أتاه يهرول عز وجل، فهو أكثر كرما وأسرع إجابة من عبده.
وهذه الأحاديث وأمثالها مما يؤمن يه أهل السنة والجماعة على أنه حق حقيقة لله عز وجل، لكننا لا ندري كيف تكون هذه الهرولة، وكيف يكون هذا التقرب، فهو أمر ترجع كيفيته إلى الله، وليس لنا أن نتكلم فيه، لكن نؤمن بمعناه ونفوض كيفيته، إلى الله عز وجل.
[ابن عثيمين ,شرح رياض الصالحين ,3/335]
Makna “Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku terhadap-Ku” adalah bahwa Alloh sesuai dengan prasangka hamba-Nya; jika ia berprasangka baik kepada Alloh, maka ia akan mendapatkan kebaikan. Namun, kapan kita seharusnya berprasangka baik kepada Alloh? Kita berprasangka baik kepada Alloh jika kita melakukan amal perbuatan yang dapat mendatangkan karunia dan harapan dari-Nya, seperti beramal sholih, dengan keyakinan bahwa Alloh akan menerimanya. Adapun jika seseorang berprasangka baik tanpa amal, itu adalah bagian dari angan-angan semata kepada Alloh. Orang yang hanya mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Alloh adalah orang yang lemah.
Prasangka baik kepada Alloh didukung oleh adanya amal perbuatan dari seseorang yang menuntut prasangka baik tersebut. Sebagai contoh, jika kamu sholat, berprasangka baiklah bahwa Alloh akan menerima sholatmu. Jika kamu berpuasa, demikian pula. Jika kamu bersedekah, atau melakukan amal sholih lainnya, maka berprasangka baiklah bahwa Alloh akan menerimanya. Namun, jika kamu berprasangka baik kepada Alloh sementara kamu bermaksiat kepada-Nya, ini adalah sikap orang-orang yang lemah, yang tidak memiliki bekal amal untuk diandalkan.
Kemudian, disebutkan bahwa Alloh Subhanahu wa Ta'ala lebih mulia dibandingkan hamba-Nya. Jika seseorang mendekat kepada Alloh sejengkal, maka Allah mendekat kepadanya sehasta. Jika seseorang mendekat kepada Alloh sehasta, Alloh mendekat kepadanya sedepa. Jika seseorang datang kepada Alloh dengan berjalan, Alloh akan datang kepadanya dengan berlari. Ini menunjukkan bahwa Alloh lebih dermawan dan lebih cepat dalam menjawab hamba-Nya daripada usaha yang dilakukan hamba itu sendiri.
Hadis-hadis semacam ini diyakini oleh Ahlus Sunnah wal Jamaah sebagai kebenaran yang nyata bagi Alloh Ta'ala. Namun, kita tidak tahu bagaimana bentuk "berlari" atau "mendekat" ini. Hal ini sepenuhnya kembali kepada Alloh, dan kita tidak berhak untuk membahasnya. Kita hanya beriman pada maknanya dan menyerahkan tata caranya kepada Alloh azza wa jall.
📚(Syarh Riyadhus Sholihin ibn Utsaimin, 3/335)
Telegram: ilmui
WA: ILMUI
#share_gratis, #tanpa_logo, #tanpa_minta_donasi, #tanpa_yayasan
0 Comments