🩸KONSEKUENSI BID'AH (PERKARA BARU DALAM AGAMA)🩸
Berkata Syaikh Ibnu Utsaimin (w: 1421) rohimahulloh:
كل من تعبد لله بعقيدة أو قول أو فعل لم يكن من شريعة الله، فهو مبتدع.
فالجهمية يتعبدون بعقيدتهم، ويعتقدون أنهم منزهون لله، والمعتزلة كذلك. والأشاعرة يتعبدون بما هم عليه من عقيدة باطلة.
والذين أحدثوا أذكارا معينة يتعبدون لله بذلك، ويعتقدون أنهم مأجورون على هذا.
والذين أحدثوا أفعالا يتعبدون لله بها ويعتقدون أنهم مأجورون على هذا.
كل هذه الأصناف الثلاثة الذين ابتدعوا في العقيدة أو في الأقوال أو في الأفعال، كل بدعة من بدعهم، فهي ضلالة، ووصفها الرسول عليه الصلاة والسلام بالضلالة، لأنها مركب، ولأنها انحراف عن الحق.
والبدعة تستلزم محاذير فاسدة:
فأولا: تستلزم تكذيب قول الله تعالى: {الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ} [المائدة: 3] ، لأنه إذا جاء ببدعة جديدة يعتبرها دينا، فمقتضاه أن الدين لم يكمل.
ثانيا: تستلزم القدح في الشريعة، وأنها ناقصة، فأكملها هذا المبتدع.
ثالثا: تستلزم القدح في المسلمين الذين لم يأتوا بها، فكل من سبق هذه البدع من الناس دينهم ناقص! وهذا خطير!!
رابعا: من لوازم هذه البدعة أن الغالب أن من اشتغل ببدعة، انشغل عن سنة، كما قال بعض السلف: " ما أحدث قوم بدعة، إلا هدموا مثلها من السنة ".
خامسا: أن هذه البدع توجب تفرق الأمة، لأن هؤلاء المبتدعة يعتقدون أنهم أصحاب الحق، ومن سواهم على ضلال!! وأهل الحق يقولون: أنتم الذين على ضلال! فتتفرق قلوبهم.
فهذه مفاسد عظيمة، كلها تترتب على البدعة من حيث هي بدعة، مع أنه يتصل بهذه البدعة سفه في العقل وخلل في الدين.
Setiap orang yang beribadah kepada Allah dengan suatu akidah, ucapan, atau perbuatan yang bukan berasal dari syariat Allah, maka ia adalah seorang ahli bid’ah.
Maka Jahmiyah beribadah dengan akidah mereka, dan mereka meyakini bahwa mereka sedang melakukan pensucian terhadap Allah. Mu‘tazilah juga seperti itu. Dan Asy‘ariyah beribadah berdasarkan akidah batil yang mereka anut.
– Dan orang-orang yang mengada-adakan dzikir-dzikir tertentu, mereka beribadah kepada Allah dengan dzikir tersebut, dan menyangka bahwa mereka mendapatkan pahala karenanya.
– Dan orang-orang yang mengada-adakan amalan-amalan tertentu, mereka beribadah kepada Allah dengan amalan itu, dan menyangka bahwa mereka mendapatkan pahala karenanya.
Seluruh tiga kelompok ini — yang mengada-adakan perkara dalam akidah, ucapan, atau perbuatan — setiap bid’ah dari bid’ah-bid’ah mereka adalah kesesatan. Dan Rasul ﷺ telah menyifatinya sebagai kesesatan karena ia merupakan sesuatu yang tersusun (dari kebatilan) dan karena ia merupakan penyimpangan dari kebenaran.
Bid’ah mengandung konsekuensi-konsekuensi yang rusak (buruk):
1. Pertama: Ia mengandung konsekuensi mendustakan firman Allah Ta‘ala: “Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian” (Al-Mā’idah: 3).
Sebab, bila seseorang membawa bid’ah baru yang ia anggap sebagai agama, maka konsekuensinya adalah agama ini belum sempurna.
2. Kedua: Ia mengandung celaan terhadap syariat, yaitu bahwa syariat itu kurang sempurna, lalu si pembuat bid’ah ini menyempurnakannya.
3. Ketiga: Ia mengandung celaan terhadap kaum muslimin yang tidak melakukan bid’ah tersebut. Maka setiap orang yang hidup sebelum munculnya bid’ah-bid’ah ini, agama mereka dianggap kurang! Dan ini berbahaya!!
4. Keempat: Di antara konsekuensi bid’ah adalah bahwa biasanya orang yang sibuk dengan bid’ah akan tersibukkan dari Sunnah. Sebagaimana sebagian salaf berkata:
“Tidaklah suatu kaum mengada-adakan sebuah bid’ah, melainkan mereka menghancurkan (menghilangkan) perkara Sunnah semisalnya.”
5. Kelima: Bid’ah-bid’ah ini menyebabkan perpecahan umat. Sebab para pelaku bid’ah mengira bahwa mereka berada di atas kebenaran, dan bahwa selain mereka berada dalam kesesatan! Sedangkan Ahlul Haq mengatakan: “Justru kalianlah yang berada dalam kesesatan!” Maka hati mereka pun bercerai-berai.
Maka semua ini adalah kerusakan-kerusakan besar yang semuanya timbul dari bid’ah, sekadar karena ia adalah bid’ah, meskipun disertai pula dengan kebodohan dalam akal dan kerusakan dalam agama.
[Majmū‘ Fatāwā wa Rosā’il Al-‘Utsaimīn, 8/640-641]
#share_gratis, #tanpa_logo, #tanpa_minta_donasi, #tanpa_yayasan

0 Comments