بسم الله الرحمٰن الرحيم
⚡️SULITNYA AHLUL BID'AH BERTAUBAT⚡️
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rohimahulloh:
وهذا كما قد قيل: إن الله حجرَ التوبة عن كل صاحب بدعة، بمعنى أنه لا يتوب منها، لأنه يراها حسنةً، والتوبة إنما تتيسر على من عرف أن عمله سيِّء قبيح، فيكون عمله داعيًا له إلى التوبة، أما إذا اعتقد أنه حسن فيحتاج ذلك الاعتقاد إلى أن يزول، وزوال الاعتقاد لا يكون بالوعظ والتخويف، وإنما يكون بعلم وهدى يبيِّن الله له فساد اعتقادِه، وصاحب الاعتقاد الفاسد جهلُه مركب، وهو لا يُصغي إلى أدلّة مخالفيه وتفهُّمِها لوجهين:
أحدهما: أنه لا يجتمع النقيضان في القلب، فلا يجتمع ذلك ودليلُ نقيضِه، فإن دليل النقيض يستلزمه، فلا يمكن أن يتصور دليل النقيض إلا مع عُزوب ذلك الاعتقاد عن القلب، لا مع حضوره، ولأن اعتقاده لذلك القول يدعوه إلى أن لا ينظر نظرًا تامًّا في دليل خلافه، فلا يعرف الحق.
ولهذا قال السلف: إن البدعة أحبُّ إلى إبليس من المعصية. وقال أيوب السختياني وغيره: إن المبتدع لا يرجع. واحتج بقوله في الخوارج: «يمرقون من الإسلام كما يمرق السهمُ من الرميَّة، ينظر في نَصْلِه فلا يرى شيئًا، وينظر في رِصَافِه فلا يرى شيئًا، وينظر في قِدْحِه فلا يرى شيئًا، وينظر في نَضِيِّه فلا يرى شيئًا، ويتمارى في الفُوْق قد سبقَ الفرثَ والدمَ».
وهذا الذي ذكره هو كحال من {فَأَعْقَبَهُمْ نِفَاقًا فِي قُلُوبِهِمْ إِلَى يَوْمِ يَلْقَوْنَهُ} [التوبة:77]، والذين لو {رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ} [الأنعام:28]. لكن ليس هذا وصف جميع أهل البدع، فليست البدعة أعظم من الردّة عن الإسلام والكفر، وقد تاب خلقٌ من المرتدّين والكفار، لكن هو مظنة الخوف، كالذين أسلموا من المرتدّين كان الصحابة يحذرون منهم خوفًا من بقايا الردَّة في قلوبهم. فهذا هو العدل في هذا الموضع، وقد تاب خلقٌ من رأي الخوارج والجهمية والرافضة وغيرهم. لكن التوبة من الاعتقادات التي كثُر ملازمةُ صاحبها لها ومعرفتُه بحججها يحتاج إلى ما يقابل ذلك من المعرفة والعلم والأدلة.
**"Sebagaimana telah dikatakan: Sesungguhnya Allah telah menutup pintu taubat bagi setiap pelaku bid'ah, dalam arti bahwa dia tidak akan bertaubat darinya, karena dia menganggapnya sebagai sesuatu yang baik. Dan taubat itu hanya mungkin dilakukan oleh orang yang mengetahui bahwa perbuatannya itu buruk dan tercela, sehingga perbuatannya menjadi pendorong baginya untuk bertaubat. Namun jika ia meyakini bahwa perbuatannya itu baik, maka keyakinan tersebut perlu dihilangkan terlebih dahulu. Dan hilangnya keyakinan itu tidak bisa dicapai hanya dengan nasihat dan ancaman, tetapi harus dengan ilmu dan petunjuk yang menjelaskan kepadanya rusaknya keyakinan tersebut.
Orang yang memiliki keyakinan yang rusak itu kebodohannya kuadrat, dan ia tidak mau mendengarkan dalil-dalil orang yang menentangnya atau memahaminya karena dua alasan:
Pertama: Tidak mungkin dua hal yang saling bertentangan berkumpul dalam satu hati. Maka keyakinan itu tidak akan bisa bersatu dengan dalil yang menentangnya. Karena dalil yang bertentangan itu mengharuskan hilangnya keyakinan tersebut. Maka tidak mungkin seseorang memahami dalil yang bertentangan selagi keyakinan yang salah itu masih ada di hatinya. Dan kedua: karena keyakinannya terhadap pendapat tersebut membuatnya enggan untuk memperhatikan secara mendalam dalil yang menentangnya, maka ia tidak akan mengetahui kebenaran.
Oleh karena itu para salaf berkata: 'Bid’ah lebih dicintai oleh Iblis daripada maksiat.' Dan Ayub As-Sakhtiyani serta lainnya berkata: 'Orang yang berbuat bid’ah tidak akan kembali (bertaubat).' Mereka berdalil dengan sabda Nabi tentang kaum Khawarij: 'Mereka keluar dari Islam sebagaimana anak panah keluar dari tubuh buruan: seseorang melihat ke ujungnya, tidak melihat apa-apa, melihat ke pangkalnya, tidak melihat apa-apa, melihat ke batangnya, tidak melihat apa-apa, melihat ke ekornya, tidak melihat apa-apa, sampai ragu apakah anak panah itu telah lebih dahulu menembus isi perut dan darah (karena begitu cepat dan bersihnya keluarnya).'"**
**"Apa yang ia sebutkan itu serupa dengan keadaan orang-orang yang disebut dalam firman Allah: {Maka Allah menanamkan kemunafikan dalam hati mereka sampai hari mereka menemui-Nya} [At-Taubah: 77], dan seperti orang-orang yang {Jika mereka dikembalikan (ke dunia), niscaya mereka akan kembali kepada apa yang telah dilarang atas mereka} [Al-An'am: 28].
Namun, ini bukanlah sifat semua pelaku bid’ah. Sebab tidak ada bid’ah yang lebih besar daripada kemurtadan dari Islam atau kekufuran. Dan telah banyak orang yang bertaubat dari kemurtadan dan kekafiran.
Hanya saja, hal ini merupakan sesuatu yang patut dikhawatirkan, seperti halnya orang-orang yang masuk Islam setelah murtad, para sahabat tetap mewaspadai mereka karena khawatir masih ada sisa-sisa kemurtadan di hati mereka. Maka inilah sikap adil dalam persoalan ini.
Telah banyak pula orang yang bertaubat dari pandangan Khawarij, Jahmiyah, Rafidhah, dan selain mereka. Namun, taubat dari keyakinan yang telah lama diyakini penganutnya dan mengetahui hujah-hujjah (syubhat) nya, membutuhkan kepada apa yang dapat menutupi hal tersebut berupa pengetahuan dan ilmu serta dalil-dalil (yang dapat menghilangkan syubhatnya)."**
📚 Jaamiul Masaail lIbni Taimiyah: 1/388-389
Telegram: https://t.me/ilmui
WA: https://whatsapp.com/channel/0029VaALfMAGJP8PEIsVk33P
#share_gratis, #tanpa_logo, #tanpa_minta_donasi, #tanpa_yayasan
#AHLUL #BIDAH #TAUBAT
0 Comments